Kursus Menjahit...

Paling seneng adalah saat jalan-jalan buang duit untuk membeli barang yang terkadang tidak penting. Bener gak!? Bahkan seringnya barang yang sudah dibeli ya hanya menuh-menuhin rumah. Dipakai pas beli doank, selebihnya adalah wahana bermain bagi debu-debu dan serangga di rumah...ah indahnya berbagi hahahaha...

Dalam perjalananku berumah tangga yang masih prematur, seringkali saat waktu luangku (maklum aku termasuk menungso sing selo uripe) jalan-jalan atau melihat benda-benda tertentu rasanya ingin membelikan untuk nyonyah beloved. Biasanya baju atau sekedar kaos-kaos yang nyaman buat dipakai dirumah.

Namun....

Mengingat ukuran nyonyahku yang ajaib, sering kali yang kubelikan tidak muat dikenakan. Jika sudah begini, rejeki bagi orang-orang yang menerimanya huahahahaha..indahnya berbagi lagi...

Dari sejak sebelum menikah, kami (terutama istri) agak kerepotan saat harus mencari baju. Hal itu terbukti bahwa pakaian pengantin yang akan kami kenakan menjadi hal yang sangat merepotkan. Walupun aku termasuk pria buncit, tapi tekhnologi yang bernama "setagen" masih bisa menolongku, tetapi tidak berlaku buat nyonyahku sayang. Sehingga nyaris kami menikah dengan baju pengantin "basahan". Pertimbangan perias rata-rata agar lebih gampang, gak perlu repot mencari kebaya yang sesuai (baca : muat), untuk istriku. Tetapi pertimbanganku menolak adalah, wudo tidak membuatku nyaman. Masuk angin itu penyakit yang menyebalkan.

Akhirnya waktu itu "Paes Ageng Kanigaran" yang kami pilih. Dan ajaibnya periasnya (Yu Beruk *salim budheee....) memiliki kebaya yang bisa digunakan istri (mungkin dikum lengo mambu sik, akhire iso melar... isoo lho yoo...!!??) hahahaha.

Kami menikah Bulan April lalu, eee ndilalah putrane BuLik Bulan Oktober melangsungkan pernikahan putrinya, dannnn kami kedapuk sebagai among tamu, dengan adat jawa... DUARRRRRR!!!!!!

Warna tema yang dipilih adalah hijau.

Pertanyaane : "Opo ono kebaya sing sedeng? Gek kebaya-e sopo sing oleh tak kum lengo ben iso melarrrrr!!!??? Ah nasib....

Mau menolak kok gak enak, karena Bu Lik n Pak-Lik adalah salah satu orang penting yang berjasa dalam hidupku.

Akhirnya kami sepakat membeli kain kebaya sesuai dengan warna tema pernikahan tersebut. 

Walahhhhh...

Ternyata menjahit kebaya itu tarifnya lumayan mahal. Sudah gitu prosesnya tidak sebentar, lha wong ndilalahnya Bulan tersebut lagi banyak orang kawinan.

Proses hunting penjahit hal yang seru, dari hasil hunting di internet dan tanya-tanya kiwa, tengen, ngarep, mburi, ngisor, nduwur (uopohhh ikiiii!!??), akhirnya menemukan sebuah tempat jahit yang kami anggap pas dengan budget kami. Awalnya istri tidak setuju menjahit disana, dikarenakan ongkos jahit yang mahal, tetapi mengingat hasilnya yang bagus, akhirnya kain kebaya-nya diserahkan kepada mbak Dewi (si pemilik tempat jahitan).

Jujur alasan utamaku selain mengingat tidak ada ukuran yang sesuai dengan istri, kebaya tersebut salah satu kado buat istriku. Bukanya kenapa-napa, saat akad nikah dulu, aku belum sempat membelikannya kebaya. Jadi itu buatmu Is.... #karo niliki dompet...

Dan sesuai waktu yang disepakati (molor 2 hari), akhirnya kebaya tersebut jadi. Hasilnya lumayan bagus. Apalagi saat dikenakan istri tersayang, haissss penyanyi campur sari we iso nggeblak weruh bojoku dandan (soale karo disenggol nyonyahku xixixixixi).

Dari pengalaman tersebut, hunting baju ratau kepeneran, golek penjahit susah, akhirnya timbul terbersit keinginanku, kenapa juga tidak kursus menjahit. Bukan hanya sekedar agar bisa membuatkan baju buat istri, tapi ke depan, siapa tau bisa dijadikan usaha sampingan, bahkan mungkin usaha utama, mengingat aku memang sangat ingin mempunyai usaha lain.

Sepertinya keinginan tersebut harus kuwujudkan.

Acara pertama mencari kursus menjahit yang nyaman.

Awalnya dari berbagai tempat yang kudatangi, ternyata biaya kursus menjahit sangat berfariasi, dan rata-rata mahal. Sambil mikir-mikir lagi, kegilaan ini mau dilanjutkan atau tidak, ditambah sering kali istri bilang "Papi itu orangnya gak sabaran, bisa-bisa mesin jahitnya diglimpangke....", hmmm sungguh kalimat yang sangat memotivasi huahahahaha...

Dari beberapa kali takon tinakon, akhirnya Pak Leo adalah tempat kursus yang paling "masuk akal".

Tempat kursus tersebut berada di depan kampus UNY Jogja.

Beliau sudah sepuh, dan menggeluti dunia dondom mendondom sejak tahun 80-an.. WOW!!!

Dan memiliki beberapa pegawai, dan pastinya beberapa anak kursus se ganteng aku disitu (ra percoyo? datanglah Kamis or Sabtu jam 1 siang, mengko lak ono si tampan awang xixixixi).

Kursus-ku dimulai tengah Oktober kemarin, dan hasilnya.... Belum satu baju-pun berhasil kubuat, itu dikarenakan memang masih tahap mebuat pola di kertas. 

Sttttt!! Sesuk yen ra sukses dijahit, cukup polane tak lem... Beres kan!! *tepuk tangan.. plok plok plok....

Sebelum kursus kemarin dengan sangat pede-nya aku membeli mesin jahit. Pikirku latian njahit dulu dirumah, besok kalo sudah kursus lak tinggal mempraktekkan. Lumayan lho jahitanku.. Tuh udah beberapa lembar kain yang sudah bisa kujahit, kurung bantal dadi buntet tak jahit sisi-sisinya, bahkan daster istriku menjadi pendek, karena tiap salah jahit tak potong, jahit lagi, potong lagi dan seterusnya.

Huahaha...

Semoga mimpi ini terwujud

KECU TAYLOR.