Gara-Gara Bed Cover...
Hari ini aku bermaksud menikmati acara libur Minggu-ku dengan molor sepanjang hari. Dan ternyata niatan itu tidak jadi karena terlalu banyak tidur membuat sakit palaku.
Mengingat cucian yang sudah se-Minggu menumpuk akhirnya sore ini kusibukkan diri dengan mencuci.
Mesin cuci sudah siap dengan adonan air dan juga detergent (maklum mesinku masih manual 2 tabung), dan selanjutnya satu ember besar cucian masuk, tinggal tekan timer dan beberapa kali bilas, selesai sudah, saatnya dijemur di rumah belakang
Seperti kebiasaanku, saat sudah pengen bebersih ya semua pengen kubersihkan, bedcover menjadi sasaran berikutnya. Sama seperti tadi, selesai mesin disiapkan dengan adonan-nya maka si bedcover langsung aku masukan, dannnnnnnn....
Mesin cuci kapasitas 6 kg tersebut tidak mampu mengerjakannya.
BEGONYAAAA AKU!! hahahaha.
Mesin bergerak tetapi bedcover sama sekali tidak bergerak, mungkin hanya air di dalam tabung yang bergerak karena putaran kincir.
*Ide buntu, mati gaya... krik krik krik....
Akhirnya kulakukan langkah penyelamatan bedcover tersebut, kukeluarkan dari mesin, kuletakkan di ember, dan kuperas di kamar mandi, selanjutnya bawa ke laundy tempat langgananku.
Minggu sore ini Jogja gerimis, namun kupikir langkah membawa ke binatu lebih baik, daripada tidak bisa kucuci sendiri dan akhirnya bau serta berjamur.
10 menit dalam guyuran gerimis akhirnya sampai di tempat tersebut, bertemu dengan mbak pelaya,n aku bermaksud memasukan si bedcover.
Belum juga sempat dilayani, baru mendapat ucapan salam dari penerima barang tiba-tiba nyelonong mbak-mbak sekseh membawa 2 bungkus kecil pakaian kotor.
"Mbak tolong saya minta ini dicuci kilat, besok siang saya ambil. Soalnya saya buru-buru", kata si mbak-e.
Spontan mbak pelayan melayani perempuan tersebut, walaupun dengan keramahan yang dipaksakan.
"Maaf mbak, untuk cucian kilat kami tidak menerima, karena sudah overload, jadi jika buru-buru tidak bisa....", jawab mbak Pelayan.
"Tolong mbak, saya keburu-buru soalnya".
"Sebentar mbak, saya tanya yang mengerjakan, bisa atau tidak.
"Bentar ya mas saya tak melayani mbaknya ini dulu", kata si mbak Pelayan kemudian masuk ke dalam.
Sebenarnya aku pribadi tidak masalah akan hal tersebut, namun gaya mbak sexy yang tidak punya etika dan sok-sokan ini membuat sedikit berang. Tapi, ASUdahlah...
Tak lama kemudian keluarlah mbak pelayan dengan mas bagian cuci,
"Mbak maaf, untuk cucian kilat tidak bisa..", kata masnya.
"Saya bayar berapapun gak masalah deh mas, yang penting besok siang bisa diambil", potong mbak sexy.
Masnya berpikir sejenak, kemudian...
"Baiklah kami kerjakan, jadinya besok jam 11 siang, biayanya 3 kali lipat, gimana mbak?"
"Ya udah gak papa, 3 kali dari harga kilo-anya to mas?" tanya si mbak sexy.
"Iya mbak", jawab si mas sambil menimbang cucian kotornya.
Sementara mbak Pelayan kembali mencatat bedcover basahku, mengecheck data pelanggan di komputer, kemudian membuatkan nota.
"Mbak totalnya empat puluh delapan ribu limaratus rupiah", suara mas pelayan memecah keheningan.
"Aduh mas kok mahal, gimana kalo empat puluh lima ribu saja..." jawan mbak sexy sambil pasang muka mengiba.
Spontan aku ngakak sejadi-jadinya, hal yang paling aku benci dengan diriku sendiri saat kehilangan kendali. Dan benar saja, si mbak sexy kurang senang dengan suara kerasku, karena merasa di tertawakan dia melirik sinis. Gimana gak tertawa coba?
1. Sudah tidak tertib dan menyerobot.
2. Berani bayar berapapun asal bisa cepat selesai.
3. Ending-nya ditawar juga karena duitnya pas-pasan.
Mbak pelayan ikut-ikutan tertawa walaupun sangat pelan, berusaha semaksimal yang dia lakukan karena posisi dia yang harus sopan dengan pelanggan.
"Oalah mbak katanya biaya berapapun mau bayar, jebul ditawar...", sambil kuambil nota yang sudah kutanda tangani, terus ngeloyor pergi.
Si mbak sexy akhirnya menyanggupi biaya laundry sambil menahan dongkol denganku, dannn mukanya tidak merah seperti kebiasaan orang-orang yang malu.
Karena mbak sexy tersebut berkulit hitam hihihihi..
Sory ya mbak anda masuk di blog-ku hihihihihi *salimmmm....
Komentar
Posting Komentar