Selamat Jalan Ib....

2 Minggu sudah Ibu kembali kepada Sang Maha Pencipta, satu persatu barang-barang peninggalan beliau mulai kurapikan. Sesekali senyum ini keluar tatkala melihat begitu banyaknya sepatu-sepatu, dan juga baju-baju peninggalanya. Barang-barang yang sudah ditinggalkan tuan-nya. Senyum ini tak pernah lepas saat mengingat dulu jaman Ibu terkasih masih bekerja dan mengajar sebagai Guru Taman Kanak-Kanak. Beliau perempuan yang modis, jika bersepatu biru maka anting-antingnya pasti berwarna senada, dan seterusnya. Maka tidak heran jika sekarang peninggalanya masih banyak, ditambah beliau sangat rapi menyimpan barangnya-barangnya. Untuk baju-bajunya saja beberapa kardus besar baru cukup, belum lagi sepatu-sepatu dan tas. Mungkin dari Ibu aku menuruni bakatnya mengkoleksi tas-tas dan sepatu-sepatu yang kadang tidak jelas mau diapakan tersebut hehehehe...

Untuk urusan nyusuh, beliau juga jagonya. Konon, para wanita sepuh suka sekali menyimpang barang-barang yang katanya sayang untuk dibuang, alih-alih siapa tau suatu saat nanti akan dibutuhkan, dan hasilnya adalah menumpuk di rumah sebagai istana tercantik bagi tikus-tikus rumah. Seringkali geli saat mengetahui bahwa benda-benda jaman aku masih kecil-pun ibu rawat. Beberapa mainan dan boneka panda masih ada disana. 

Awal aku diadopsi dan ikut keluarga tersebut Panda adalah salah satu temanku di rumah, selain 2 anjing besar yang mereka pelihara. Sekarang aku masih menjumpai lagi boneka Panda tersebut. Tanpa sadar air mata ini mengalir mengingat masa-masa kecilku, masa dimana Ibu selalu menyanyangi dan mengasihi-ku. Ibu yang selalu menjadi pelindungku dari gangguan siapapun, tanpa terkecuali dari Bapak.

Dulu, seringkali mereka bertengkar gara-gara aku, jika aku berbuat salah seringkali Ibu yang membelaku, tapi uniknya, jika aku berlaku salah kepada Ibu, Bapak yang membelaku. hehehehe, namun yang aku ingat Ibu belum pernah sekalipun memukulku.

Jika musim sakit demam, biasanya beliau ambil bawang merah dan diparut, serta dibumbuhi minya kayu putih tuk dioleskan ke badanku. Tangan lembutnya masih kuingat, bahkan saat beliau sakit kemarinpun sering kali mengingatkanku minum obat atau sekedar mblonyo minyak kayu putih jika mendengar aku terbatuk-batuk.
Ahhhh Ibu..... aku sudah dewasa Ib, tapi aku sekarang kangen itu semua...

Kini hari-hari mulai kujalani bersama Bapak. Bapak yang sudah sepuh sering kali kekanak-kanakan,
masih ingat 2 Minggu yang lalu ketika beliau menangis histeris saat mengetahui Ibu meninggal dunia, tapi dengan cepatnya Bapak diam dan minta jatah makan siangnya, seolah lupa kesedihanya, hehehe..

Mengingat pesan Ibu terakhir untuk menjaga Bapak, Insyaallah amanah itu akan kujalankan dengan ikhlas. Kalaupun tidak sesempurna Ibu merawatnya mohon maaf ya Ib... 

Di alam lain aku yakin Bapak dan Ibu kandungku saat ini sedang ngegosipkan aku bersama Ibu angkatku... Pasti seru sekali.. Suatu saat kita pasti akan bertemu Ib, I love You, biarlah kenangan ini selalu ada dipikiranku, dan Ibu memiliki tempat indah di hatiku...

Aku mencintaimu, tapi Allah SWT lebih menyayangimu... 
Selamat jalan Ibu tersayang.... Do'aku menyertaimu....


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?