Ujian Baru..
Seringkali jika mendapatkan hal baru yang tidak mengenakkan maka dengan cepat aku membangun benteng penolakan tanpa mempertimbangkan hal lain. Padahal terkadang hal baru tersebut adalah suatu ilmu...
Kondisi Bapak semakin lemah, hal tersebut diperparah dengan makannya yang makin sedikit. Memaklumi semua hal tersebut adalah bagian dari jalan hidup Bapak dan ketentuan dari Allah SWT.
Semakin hari aktifitasnya makin sedikit. Jika kemarin Bapak masih bisa tuk sekedar bangun, dan menggerakkan badan menuju kursi kakusnya, sekarang hal itu menjadi persoalan yang tidak mudah baginya. Hari-hari yang dilaluinya harus diberi bantuan, meskipun hanya untuk sekedar bangun duduk. Semua hal tersebut makin berat ditambah dengan kepikunan yang dialaminya. Betapa malam-malamku kini sering menjadi malam panjang penuh dengan ujian kesabaran.
Beberapa kali terjaga dari tidur tuk bergegas di kamarnya, saat mendengar panggilan dari teriakan yang keluar dari suara Bapak yang lebih mirip erangan...
Minta makan pada waktu waktu tertentu dengan alasan belum diberi makan sudah bukan hal asing akhir-akhir ini, bahkan Bapak sudah tidak bisa membedakan antara malam dan siang, terutama jika kondisi mendung seperti cuaca sekarang.
Sering kali apa yang beliau katakan sudah tidak sama dengan apa yang terjadi. Suatu malam aku membantunya bangun karena Bapak mau pipis, tapi ternyata Bapak sudah terlanjur ngompol di sprei. Hasilnya adalah kerja bhakti di malam buta.
Mungkin rasa lelah ini telah memuncak, hingga suatu pagi kuterbangun karena Bapak minta dibantu ke kursi kakusnya menjadi suatu amarah buatku. Betapa jam 2 pagi tersebut otakku serasa mendidih saat mendapati Bapak sudah buang kotoran di kasur. Perasaan kantuk seketika sirna, langsung terbayang tugas apa yang harus kulakukan selanjutnya.
Menyaksikan Bapak seperti bayi yang tak memiliki akal, kucoba membantu dan membersihkannya dengan setengah hati. Jika tidak mengingat dinginya pagi, ingin sekali rasanya tuk menyiramnya di kamar mandi agar bersih. Dari paha sampai perut penuh dengan kotoran, bahkan tangan dan telapak kakinya juga sama. Pikiranku tidak bisa menerima ini semua, tapi sedikit hal yang menyadarkanku adalah, senang tidak senang, suka tidak suka, saat tidak ada pilihan lain harus kujalani, dengan atau tanpa keikhlasan..
Sungguh pagi yang luar biasa bagiku, membersihkan kamarnya dari kotoran yang menempel bahkan sampai pada gelas minumannya. Apa yang Bapak lakukan hingga berserakan seperti itu, entahlah, yang jelas aku harus bisa mensiasati agar tidak muntah.
Saat semua sudah bersih, Bapak kuberikan popok dewasa, kali ini aku berharap popok tersebut berfungsi dengan baik, tidak hanya selalu dilepasnya...
Setelah semua selesai, aku duduk, merenung membayangkan kejadian tersebut sampai membuatku tertidur di kursi malasku.
Ternyata kejadian yang "luar biasa" tersebut tidak terjadi lagi. Malam-malam selanjutnya Bapak sudah mulai tidak melepas popoknya, entah karena nyaman atopun takut dengan amarahku pada pagi beberapa hari lalu.
Yang jelas aku lebih mudah membersihkan ompol dan juga kotorannya jika popok tidak dilepasnya. Minimal hanya satu area.
Pelajaran dan ujian yang Allah berikan luar biasa bagiku, saat kesadaranku penuh, semua ini menjadi bahan renungan untukku, betapa sebenarnya semua hal tersebut seharusnya kulakoni dengan tersenyum seperti biasanya. Toh sangat percuma jika dengan amarah, Bapak tidak mungkin disalahkan karena kondisinya sudah demikian, justru aku yang tolol jika berusaha menyalahkannya.
Tersadar bahwa semua hal yang kulakukan tidak sesuai dengan harapan Sang Khalik, namun kurasa tidak ada salahnya jika aku kembali belajar dari kesalahan sebuah ujian tersebut.
Berharap Allah SWT memaafkan ketidak mampuanku melewati ujian kemarin, dan memohon agar kami diberi kesabaran dan kemudahan dalam menghadapinya, Amien Ya Rabb...
Maaf ya Pak atas ketidak sempurnaanku merawatmu...
Komentar
Posting Komentar