Gigi oh Gigi...
Yang namanya sakit itu tidak ada yang enak, semuanya tidak asik. Penting gak cerita berbagai macam rasanya sakit disini agar tulisanku panjang? Kayaknya gak pentinglah, cukup dibayangkan saja berbagai hal menyakitkan yang pernah dialami (termasuk penyakit kulit yang sedang anda derita saat ini, gak perlu malu mengakuinya hahahahah).
Biasanya aku paling males menunggu, termasuk menunggu kelamaan yang namanya sembuh dari sakit. Jika sudah merasa mau sakit, biasanya siap-siap untuk mengantisipasinya (susah bener mengeja dan menulis kata tadi), namun jikalau sudah berusaha untuk mengantisipasinya-pun tidak berjalan dengan mulus, mau gak mau ya pergi ke orang pintar yang konon katanya disebut dokter.
Apakah semua hal tersebut aku lakukan?
Jawabannya tidak, jika sudah berhubuhgan dengan urusan sakit gigi.
Untung yang namanya berobat ayuk, ke dokter manapun aku jabanin, tapi kalo boleh memohon, please jangan sakit dengan gigi ini.
Aku sendiri heran sejak kapan aku jadi sebegitu paranoid dengan yang namanya dokter gigi, padahal sejak kecil aku sudah terbiasa dengan urusan cabut mencabut gigi, namun ternyata semakin berumur kesini (baca : mulai tua dan matang hehe) ketakutanku akan dokter gigi menjadi-jadi. Jadi, untuk urusan sakit yang satu ini aku memilih menggunakan jalur alternatif jika sedang mengalami penderitaannya. Alih-alih mau sembuh, dari yang katanya kumur-kumur pakai air garam, sampai dengan harus mandi kembang 7 rupa tengah malam, tanpa sehelai benangpun aku jabanin ( emang ada ya mandi menggunakan pakaian lengkap?). Tapi, terkadang memang harus mengikuti kata pepatah bijak "ketakutan itu harus dihadapi".
3 Bulan lalu tambalan gigiku rompal berkeping keping dan membuat hati ini porak poranda (halah lebayyy...), awalnya sudah melakukan praktek meminimalis rasa sakit dengan, menjadi dokter untuk diri sendiri, namun apa daya harus berobat dan menghadap dokter gigi.
Tanpa berpikir panjang, aku memilih salah satu dokter yang memiliki nama cukup bagus yang beoperasi dan praktek di RS.Swasta. Dokter tersebut keturunan china, umurnya sudah lumayan tua, tapi bagiku telaten, itulah kenapa aku memilih dia (kok kalimatnya seperti orang memilih pendamping hidup ya..).
Setelah mendapat panggilan pemeriksaan-pun dilakukan, pasien didudukkan di kursi hidrolik yang bagiku gak banget, berasa tahanan alien, penuh dengan segala hal peralatan "penyiksaan".
Dan.... Di sebelah kanan dokter ada satu alat yang paling membuatku parno, apalagi kalo bukan boor gigi, kecil, tapi suaranya itu lho bikin mengiris kalbu hati sang pecinta yang sedang gundah gulana (gludakkkkk........). Tapi, aku harus berani menghadapi kenyataan bahwa demi kesembuhan harus mau menerima takdir, boor masuk mulut...
Suara boor tersebut, sama persis dengan suara mesin pembuat tatto beberapa waktu lalu ketika sebuah gambar cupid menghiasi kulit punggungku ( kamuflase menutupi bekas panu sebenarnya..hehehehe), tapi sekali lagi kalo alat tatto itu kan diluar badan, lah ini boor yang masuk gigi...
Ya sudahlah, dinikmati saja sampai proses berakhir, dan tambalan sementara terjadi.
Pasca tambalan sementara, penderitaan ini semakin menjadi-jadi, bahkan gusiku bengkak, persis kayak perutku yang membuncit. Seminggu, dua Minggu aku beusaha biarkan, sampai akhirnya aku putuskan untuk kembali ke dokter tersebut, dan ternyata tambalan sementaraku harus dibongkar, hal ini untuk membiarkan gigi berlobang, dan semua sisa sisa kuman dan juga gas keluar dari bekas tambalan tersebut, hal itulah yang membuat gusiku bengkak, begitu penjelasannya, baiklah... Selamat datang kembali boor gigi.
Setelah gusiku tidak sakit, dan mulai ada keberanian untuk kembali menyambangi sang dokter, Sebulan lalu aku kembali periksa, setelah melalui proses, diambil keputusan dan tindakan untuk dicabut, lahhhh??
Jika memang dari semula harus tindakan cabut, kenapa juga tidak dari awal dilakukan tindakan tersebut, bukan malah harus bolak balik ke RS, dan menghabiskan waktu (duit sebenarnya hihihihi).
Kemarin aku putuskan untuk mencoba menggunakan fasilitas Jamsostek berobat ke dokter gigi, bete sudah habis duit banyak hanya berakhir dengan cabut gigi. Menurut dokternya sih masih bisa dipertahankan, tapi harus disertai dengan foto rongen dari Lab, untuk memastikannya.
Dan, malam ini aku kembali periksa sambil membawa hasil foto, untuk mengetahui apakah masih atau tidak bisa dirawat gigiku, seperti biasa, ternyata peralatan boor gigi sudah melirik tajam ke arahku...
Wish me luck yah.....
Apek Apek bikin ngakakk :)
BalasHapus