Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2014

Baju Baru? Alhamdulillah...

Puasa masih diawal awal, masih kurang tepat jika sudah merencanakan membeli baju baru. Namun sepertinya kisah hidupku membuatku ingin sekali bercerita tentang bahagianya aku dulu saat dapat baju "baru" saat Lebaran. Masa kanak-kanak, sebagian besar kawanku akan diakhiri dg sepasang atau lebih pakaian baru saat selesai acara puasa dengan berlebaran. Sebenarnya itu bukan hal yang buruk, toh merayakan hari kemenangan, jadi syah-syah saja jika ingin ber-Lebaran dengan pakaian yang serba baru.  Hukumnya jelas tidak wajib, karena yang dibutuhkan sebenarnya adalah pakaian bersih saat melakukan sholat Ied.  Berhubung ekonomi keluargaku tidak semewah meriah kawan-kawanku, untuk yang namanya baju baru ini belum tentu ada. Bisa masak opor dan lontong sayur saja sudah sangat mewah. Bahagia adalah saat bisa memakan sayur opor, lontong, dan sambal goreng buatan Ibu.  Rasanya, juaraaaa... Kembali ke tradisi baju baru.  Suatu ketika malam takbiran, Babe pulang agak larut. Ibu sedang sibuk me

Jelang Ramadhan...

Sebentar lagi tak terasa Ramadhan akan tiba… Ada sedikit ngilu dalam dada ini bila harus mengingat dengan kenyataan bahwa Tahun ini aku akan berpuasa sendiri. Tahun lalu masih ada Babe yang berpuasa (walaupun) dalam kondisi sakitnya. Pagi dini hari rutinitas membangunkan Babe untuk santap sahur, Ramadhan nanti sudah tidak ada. Tahun lalu, walaupun dalam kondisi sakit, beliau minta agar bias berpuasa, katanya “ Wong Islam kok ra poso ki saru tur dosa, po maneh aku gur tura turu nang kasur… ”, ada sedikit haru, namun lebih banyak rasa kagum padanya. Masih teringat kenangan dimana Babe selalu menyalakan alaram pada jam weker-nya yang maigottt suaranya memekak-kan telinga , agar kami serumah terjaga. Seringnya (berhubung sudah sepuh), pagi sebelum aku tinggal berangkat kantor, beliau akan kembali “menagih” jatah sarapan, dan harus mengingatkan jika Babe Puasa Ramadhan. Jika sudah seperti  itu barisan gusi ompongnya menghiasi mulutnya saat tertawa. Ah Babe kangen rasanya…

Semoga bukan Demo-Crazy...

Akhir-akhir ini hampir semua temanku menjadi tokoh yang sangat pandai menganalisa keburukan dan kebaikan calon Presiden. Jika bukan menjadi penganalisa, menjadi media penyampai lidah rakyat dengan membagikan Link calon Presiden. Jika itupun tidak dilakukan minimal menge- Like Link tersebut sehingga akan Nampak juga Link yang dikirimkan. Efektifkah? Gunane Opo? Link atau tautan yang disebarkan seringkali berasal dari sumber-sumber yang menurutku sangat ajaib, dimana jika pada sebelumnya tidak muncul, kini buanyak dijumpai bermunculan. Sehingga seolah-olah para penyebar tautan tersebut cukup lama paham dan mengenali dari sumber yang didapat, dan merasa sumber tersebut sangat dipercaya… Yakin lo!!?? Begitu juga dengan tautan dari beberapa teman dari pendapat tokoh-tokoh tertentu, yang sebelumnya mungkin teman-teman tersebut tidak begitu mengenal sepak terjangnya, tiba-tiba meng-amin-kan dari apa yang Sang Tokoh sampaikan. Elok tenan to?? Padahal mulo bukane yo ora r

Aku dan Tulisanku....

Daftar teman yang ada di Facebook -ku ada 746 Orang, dari sebanyak itu mungkin hanya beberapa orang yang kenal dan teman secara nyata, selebihnya hanya kawan DuMay. Apapun itu tidak jadi masalah, banyak kawan banyak pemahaman tentang hidup. Dari angka tersebut tidak semua tulisanya kutampilkan di berandaku, beberapa kusembunyikan, sekali lagi dengan per-maklum-an bahwa bukan benar-benar teman, jadi kadang tidak memahami dengan tulisan status yang ada, salah-salah aku memberikan komen yang tidak tepat. Bisa berabe. Suatu malam aku membuka daftar teman-temanku yang ada satu persatu (pastinya yang tidak kutampilkan). Dari beberapa, banyak yang penghuninya sudah tidak aktif membuat tulisan apapun. Halamnya kosong, bahkan ucapan selamat saat hari kelahiran-pun tidak ditanggapi. Mungkin sang penghuni sudah jenuh ataupun memiliki kesibukan yang lebih nyata dari sekedar social media. Ada sebuah nama yang dahulu sering berkirim kabar denganku, penasaran lama tidak ada cerita kubuk

Mantra...

Mengingat dari semua hal yang sering kuucapkan, membaca dari semua hal yang pernah kutuliskan terkadang tanpa sadar aku melihat disitu aku sedang "memantrai" diriku sendiri. Tanpa sadar semua hal yang kutulis dan yang kuucapkan dengan hati, baik itu umpatan ataupun perkataan menjadi semacam do'a. Tidak sedikit yang sepertinya suatu guyonan, namun hal itupun seperti di-aminkan dan berubah menjadi suatu kenyataan. Jaman sekolah siapa yang tidak akrab dengan alasan sakit, sepeda bocor, dan lain sebagainya saat memberi jawaban yang dinilai paling tepat saat membolos ataupun terlambat ke sekolah. Tapi tanpa sadar justru hal tersebut kerap kali akhirnya dulu menjadi kenyataan. Contoh lain adalah saat seorang teman yang sudah lama tidak pernah menampakan batang hidungnya, kemudian tiba-tiba nongol dengan indahnya. Biasanya setelah basa-basi yang cukup garing sebagai appetizer , kemudian sebagai main-course adalah pinjam duit (gak semuanya, namun rata-rata begitu). Ja