Postingan

Menampilkan postingan dari 2014

Apa Pekerjaanmu??

Ceritanya sudah hampir 2 Bulan ini benerin rumah. Judulnya persiapan untuk menyambut calon Nyonya Besar (Calon Nyonyahku 11 12 dengan Tuan-nya yang juga bertubuh besuarrr...). Cieee yang mau nikah... Rasanya gak lucu aja jika pengantin baru sudah harus diawali dengan romansa jawa dalam tata cara dan adat yang dinamakan "kerokan", hasil dari kamar yang bocor disana-sini. Seperti bisa, aku menggunakan jasa tukang yang kemarin-kemarin sudah kupakai, Pak Parno namanya. Asas kepercayaan saja intinya. Selebihnya aku lebih percaya kepada Allah SWT.  Hahhhhh.....!! Pak Parno kali ini tidak mengerjakan sendiri, beliau memilih untuk mempekerjakan tukang. Awal pengerjaan ada 2 Tukang dan 2 Orang asisten-nya. Namun semakin sedikitnya pekerjaan yang dilakukan, mulai hari ini tinggal 1 Tukang dan asistenya. Dari percakapan tadi pagi, baru keketahui ternyata tukang tersebut sedang membangun rumahnya sendiri. Itu dia lakukan saat hari libur. Menurutnya semua pekerjaan di

Basa Jawa Ndeso?

Suatu ketika seorang teman bercerita tentang betapa anaknya yang duduk di Sekolah Dasar stress dan tidak bisa mengikuti pelajaran Bahasa Daerah (bhs Jawa). Cukup dimaklumi karena istrinya orang Sunda, yang kurang paham dengan bahasa Jawa. Bahkan si anak dirumahpun terbiasa dengan bahasa yang paling mudah dipahami, yaitu Bahasa Indonesia. Aku terbiasa menggunakan bahasa ngoko alus dirumah. Ibu suwargi paling sering berbicara dengan kalimat- kalimat ngoko alusnya. Beliau itu unik, aku tidak boleh berbicara dengannya atupun bapak dengan kromo inggil. Tapi justru ngoko alus. Alasanya kalau terlalu boso ( istilah bahasa jawa untuk berbahasa halus) kesannya seperti berbicara dengan orang lain. Jadi tidak heran misalnya Ibu memanggilku, dan kujawab dalem... Lanjutanya ya boso ngoko, tapi alus. Misal " Ibu tukung pundhutke lading nang pawon" jadi ya halus, ya ngoko... Sing dudu wong Jowo mesti ra donk, sing Jowo wae akeh sing wis lali hahahaha... Jaman kecilku bicara dengan bakul-bak

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Gambar
Perjalanan mencari perias akhirnya mempertemukanku dengan Yuningsih atau yang lebih terkenal dengan nama Yu Beruk. Beliau memang lebih terkenal sebagai komedian di Jogja.  Warga Jogja pasti tidak asing dengan sosok beliau. Awal mulanya saat menghadiri hajatan Pernikahan kawan kuliah pada Minggu 12 Oktober 2014 lalu. Tertarik dengan tata riasnya sehingga tersebutlah nama beliau yang akhirnya kudatangi. Rumah asri di kawasan Dukuh, Jl.Bantul sangat terlihat nJawani. Mungkin itu salah satu rumah impianku, memiliki halaman luas dengan teras layaknya pendopo kecil. Pohon buah ada nampak di setiap sudutnya, tak lupa berbagai tanaman bunga disana. Muncullah sosok Yu Beruk saat membukakan pintu, mayan ketemu artis Jogja ( pikirku pada awalnya). Ternyata beliau sangat rendah hati. Obrolan demi obrolan mengalir lancar tanpa sumbatan got mampet hehehehe. Untuk urusan rias manten, aku merasa dari berbagai tempat yang kudatangi, kurang lebih sama saja. Dikarenakan semua perias yang kutuju adalah be

Hallo Temanku...

Pagi ini Alhamdulillah akhirnya bisa sepedaan pagi dari agenda yang biasanya hanya menjadi wacana saja. Maklum akhir-akhir ini untuk bangun pagi bukanlah perkara mudah. Seluruh atribut sepedaan sudah kugunakan, dan yang paling wajib adalah walkman donk. Teman setia buat sepedaan. Dari rumah kuarahkan ke perempatan Pingit, kalao pagi gini, di daerah Jl.Magelang (Depan Kricak) banyak orang berjualan makanan kecil. Tutup mata saja, ayooooo diett diettt hahahaha (opo yo tumon meh pit-pitan malah madiank??). Belok kiri sepeda kuarahkan menuju tugu.  Kembali lagi saat melintasi Jl. P. Diponegoro, bakule lopis sajak ngawe-awe njaluk dirumbasi.... Meremmmm saja.... (nabrak, nabrak deh... hahahaha). Selamat sampai Tugu lanjut ke perempatan Gramedia.  Belok kiri (Utara) menuju tempat yang paling sejuk (menurutku) di kampus UGM. Pohon yang tinggi dan rindang membuat paru-paru ini kenyang akan Oksigen gratis yang diberikan Sang Pencipta. Alhamdulillah . Melaju menuju Ged

Renungan..... 23/09/14

Tadi malam dalam renunganku... Masa dimana aku jalani adalah warna-warni dalam sejarahku. Semua terukir manis, asam, dan pahit. Tidak pernah menyesali akan semua hal yang telah atau pernah kupilih.  Semua dengan konsekwensi yang harus kuterima. Jika dulu aku sangat sombong saat "mengibarkan" bendera yang kutancapkan, kini mulai berpikir, mampu sampai dimana akan kesombongan dengan benderaku. Siapkah nanti saat semua hal harus kupertanggung jawabkan kepada Allah SWT. Yang lebih utama, siapkah mendapat "cambuk" dari-Nya...!!!?? Masih bisa sombong Wang?? Rumah adalah sejarah dimana banyak kenangan itu terjalin. Tapi aku harus ingat, bahwa hidup tidak hanya tentang melamunkan kenangan, tapi hidup adalah bagaimana aku akan membuat sejarah dan kenangan lebih berarti di masa yang akan datang. Semoga.. Sunyi malam terasa hanya menemani hariku. Benda-benda berhala tak bernyawa menghiasi rumahku. Bisakah mereka akan bercerita tentang aku!!?? S

Pakaian Pengantin Idaman...

Gambar
 (Solo Basahan : Foto from Google)  (Kanigaran : Foto From Google) (Paes Ageng Modern SBY-nan : Foto From Google) (Paes Ageng Jangan Menir : Foto From Google)

Ribetnya (mau) Menikah....

Hari-hari terakhir ini, topik bahasan antara aku dengan calon istriku adalah tentang urusan pernikahan. Whalahh.. Aslinya aku sangat males banget dengan yang namanya ribet.. Tapi mau tidak mau karena kami harus merencanakan sendiri ya kudu mume t ! Aslinya hanya ingin sekedar Ijab-syah. . Tapi mengingat dari umurku yang sudah lanjut ini (baca : tua), akhirnya harus berpikir ulang saat beberapa acara pernikahan yang sudah kuhadiri, dan teman-teman inipun meminta undangan balasan. Ditambah aku anak bungsu dari keluargaku, sedangkan Danti anak tunggal... Walhasil... Kawin lari adalah satu-satunya jalan terbaik, ringkes, murah, dan penuh tantangan wahahahahahaha.... Urusan tanggal pernikahan sampai detik berita ini kutulis belum juga dapat kabar berita dari Bapak Camer. Maklum beliau "Jawa" tulen. Musti njlimet dengan hitungan statistik perhitungan Hari yang dipilih dari semua hari baik yang ada.. *sodorin almenak + primbon. Untuk itu manut mawon Bapak,

Baju Kebesaran Saat Tunangan...

Gambar
Sejak diasuh oleh keluarga baru seperti yang pernah kutuiliskan sebelumnya, ada hal unik yang selalu dilakukan oleh Ibu kala itu. Jika membeli keperluan seragam sekolahku, Ibu pasti memesan yang lebih besar dari ukuranku. Walhasil baju dan celana gombrong-gombrong selalu atribut yang kupakai saat bersekolah. Alasan Ibu adalah, sayang kalo hanya dipakai sebentar. Toh pasti akan bertambah besar badanku seiring dengan waktu berjalan. Benar saja, akhirnya baju seragam tersebut sering kali bertahan lama. Namun tidak jarang saat sudah sesusai dengan ukuranku sebenarnya, baju seragam tersebut sudah harus diganti, karena mulai sobek disana sini, jika sudah begini kembali lagi harus menerima seragam baru yang ukuranya lebih besar lagi. Hehehehehe Nasib.. Entah kapan kali Ibu membelikan aku baju baru, karena itu adalah peristiwa yang sangat jarang terjadi. Biaya sekolahpun dulu harus kuusahakan sendiri. Aku paham dan sangat mengerti akan keterbatasan yang Orang Tua-ku miliki.

Dalam Renungan...

Pernah suatu ketika aku menjadi sangat di-Raja-kan saat bisa membahagiakan kepada Sang Terkasih. Saat itu hidup alangkah indah. Sempurna bak cerita Walt Disney. Namun jangan salah, terkadang jabatan Raja yang kuterima bisa sangat cepat terguling dimana Sang Terkasih kecewa dengan apa yang kulakukan. Bukan hanya turun tahta, tapi jabatan hina yang terkadang kudapat.  Itulah gambarannya.. Cerita dibalik... Saat aku diberikan banyak keindahan dari Sang Terkasih, akupun akan menjadikannya laksana dalam kerajaan paling megah di dunia, yakinlah seisi Negri Dongeng-pun akan cemburu... Bila aku sudah kecewa, jangankan cemburu, seisi Negri Dongeng akan menangis bombay ketika Sang Terkasih kuhina-dina, saat kecewaku melanda... Itulah sedikit gambaran anak manusia yang bernama Awang, dialah Sang Pecinta.. Manusiawi sebenarnya, namun ada hal yang baru kusadarai "sedikit" tentang makhluk ciptaan-Nya sejenisku. Walaupun tidak semua, namun banyak yang seperti ini. Ter

Lebaranku 2014

Tradisi lontong dan opor ayam masakan Ibu sudah tidak kujumpai 2 tahun yang lalu, mengingat kondisi beliau yang tidak boleh kecapekan dari sakit jantung yang dideritanya. Sebagai gantinya semua hidangan tersebut kupesan dari Ibu sahabatku. Tahun ini berhubung aku hanya tinggal dirumah sendirian, semua menu itu tidak kupesan. Kelar Sholat I'ed, lokasi pertama yang kutuju adalah makam Mami dan Babe. Ada rasa bolong di rongga dada itulah yang terasa. Biasanya ciuman dari mereka selalu kuterima saat sungkem Lebaran, kini sudah tidak ada lagi.. Semua tak sama, tak akan pernah sama... Hanya lantunan do'a kupanjatkan untuk arwah mereka berdua.. Ahhh Mami, Babe, aku sangat kangen kalian. Sayangnya hanya pusara kalian berdua yang kulihat. Perut keroncongan menjadi nahkodaku untuk mencari hidangan Lebaran di Godean. Tempat sanak keluarga tinggal. Di rumah Bu Lik-ku inilah kami biasa berkumpul. Sejak kedua orang tua kandungku meninggal, kami tinggal bersama mereka, sampai akhirnya aku di

Jelang akhir Ramadhan-ku 2014

Dua Minggu lebih puasa sudah kulewati. Jujur perasaan kosong di dalam dada ini tidak bisa kusembunyikan. Benar-benar hampa.  Ternyata saat otakku dulu sebagai pengeluh merasa sangat kerepotan jaman merawat ortu. Kini berbalik 180 derajat. Aku sangat merindukan mereka, aku merasa lebih berarti, dan aku merasa lebih berguna saat ada mereka. Terlambat... Semua sudah terlambat.. Menyesalpun tidak ada gunanya... Puasa hal yang berat adalah saat santap sahur. Perkara bangun dini hari ternyata bisa kuatasi dalam kesepianku. Namun saat hendak menyiapkan menu makan, rasanya benar-benar ngenes. Semua ya harus sendiri. Persis kayak lagu dangdutnya Chacha Handika hahahaha... Jika dulu jaman Suwargi Ibu masih ada, akan ada pertanyaan "Mau dimasakkan apa untuk buka?" Saat beliau sakit giliranku yang memberikan pertanyaan tersebut kepada mereka berdua. Dan kini, cukup bertanya pada diri sendiri, mau makan atau gak makan terserah hahahahaha... Sumpah gak enak banget... Menu pertama sahur ada

Sang Idola.. Kenalkah?

Satu hal yang paling tidak kusuka dari sifatku adalah suka meledak-ledak, bahkan terkadang over reaksi akan suatu hal. Walaupun sekarang sudah lebih mendingan (menurutku sendiri, sangat tdk obyektif memang hehehe), namun kerap kali hal ini seringkali mengganggu. Pada dasarnya aku juga tidak paham tentang siapa yang kucoblos kemarin, namun masih teringat kejadian beberapa waktu lalu. Pertama kali tau bahwa dia seorang "pejabat" adalah saat menaiki kuda, dengan kostum wayang saat melakukan kirab dalam Solo Batik Carnival.  Jujur, sangat tidak meyakinkan tampilannya, dalam hati sempat bertanya-tanya tentang sosok tersebut. Hebatnya justru masyarakat banyak yang antusias utk melihatnya dari dekat.  Namun tidak begitu denganku... Gak kenal.... Keesokan harinya baru tau bahwa beliau adalah Pimpinan di Kota tsb.  Masih gak percaya... Pada kesempatan selanjutnya ada pertunjukan Matah Ati di Solo. Salah satu pertunjukan yang sangat ingin kudatangi. Berbekal nekat tanpa tiket pertunjuk

Baju Baru? Alhamdulillah...

Puasa masih diawal awal, masih kurang tepat jika sudah merencanakan membeli baju baru. Namun sepertinya kisah hidupku membuatku ingin sekali bercerita tentang bahagianya aku dulu saat dapat baju "baru" saat Lebaran. Masa kanak-kanak, sebagian besar kawanku akan diakhiri dg sepasang atau lebih pakaian baru saat selesai acara puasa dengan berlebaran. Sebenarnya itu bukan hal yang buruk, toh merayakan hari kemenangan, jadi syah-syah saja jika ingin ber-Lebaran dengan pakaian yang serba baru.  Hukumnya jelas tidak wajib, karena yang dibutuhkan sebenarnya adalah pakaian bersih saat melakukan sholat Ied.  Berhubung ekonomi keluargaku tidak semewah meriah kawan-kawanku, untuk yang namanya baju baru ini belum tentu ada. Bisa masak opor dan lontong sayur saja sudah sangat mewah. Bahagia adalah saat bisa memakan sayur opor, lontong, dan sambal goreng buatan Ibu.  Rasanya, juaraaaa... Kembali ke tradisi baju baru.  Suatu ketika malam takbiran, Babe pulang agak larut. Ibu sedang sibuk me

Jelang Ramadhan...

Sebentar lagi tak terasa Ramadhan akan tiba… Ada sedikit ngilu dalam dada ini bila harus mengingat dengan kenyataan bahwa Tahun ini aku akan berpuasa sendiri. Tahun lalu masih ada Babe yang berpuasa (walaupun) dalam kondisi sakitnya. Pagi dini hari rutinitas membangunkan Babe untuk santap sahur, Ramadhan nanti sudah tidak ada. Tahun lalu, walaupun dalam kondisi sakit, beliau minta agar bias berpuasa, katanya “ Wong Islam kok ra poso ki saru tur dosa, po maneh aku gur tura turu nang kasur… ”, ada sedikit haru, namun lebih banyak rasa kagum padanya. Masih teringat kenangan dimana Babe selalu menyalakan alaram pada jam weker-nya yang maigottt suaranya memekak-kan telinga , agar kami serumah terjaga. Seringnya (berhubung sudah sepuh), pagi sebelum aku tinggal berangkat kantor, beliau akan kembali “menagih” jatah sarapan, dan harus mengingatkan jika Babe Puasa Ramadhan. Jika sudah seperti  itu barisan gusi ompongnya menghiasi mulutnya saat tertawa. Ah Babe kangen rasanya…

Semoga bukan Demo-Crazy...

Akhir-akhir ini hampir semua temanku menjadi tokoh yang sangat pandai menganalisa keburukan dan kebaikan calon Presiden. Jika bukan menjadi penganalisa, menjadi media penyampai lidah rakyat dengan membagikan Link calon Presiden. Jika itupun tidak dilakukan minimal menge- Like Link tersebut sehingga akan Nampak juga Link yang dikirimkan. Efektifkah? Gunane Opo? Link atau tautan yang disebarkan seringkali berasal dari sumber-sumber yang menurutku sangat ajaib, dimana jika pada sebelumnya tidak muncul, kini buanyak dijumpai bermunculan. Sehingga seolah-olah para penyebar tautan tersebut cukup lama paham dan mengenali dari sumber yang didapat, dan merasa sumber tersebut sangat dipercaya… Yakin lo!!?? Begitu juga dengan tautan dari beberapa teman dari pendapat tokoh-tokoh tertentu, yang sebelumnya mungkin teman-teman tersebut tidak begitu mengenal sepak terjangnya, tiba-tiba meng-amin-kan dari apa yang Sang Tokoh sampaikan. Elok tenan to?? Padahal mulo bukane yo ora r

Aku dan Tulisanku....

Daftar teman yang ada di Facebook -ku ada 746 Orang, dari sebanyak itu mungkin hanya beberapa orang yang kenal dan teman secara nyata, selebihnya hanya kawan DuMay. Apapun itu tidak jadi masalah, banyak kawan banyak pemahaman tentang hidup. Dari angka tersebut tidak semua tulisanya kutampilkan di berandaku, beberapa kusembunyikan, sekali lagi dengan per-maklum-an bahwa bukan benar-benar teman, jadi kadang tidak memahami dengan tulisan status yang ada, salah-salah aku memberikan komen yang tidak tepat. Bisa berabe. Suatu malam aku membuka daftar teman-temanku yang ada satu persatu (pastinya yang tidak kutampilkan). Dari beberapa, banyak yang penghuninya sudah tidak aktif membuat tulisan apapun. Halamnya kosong, bahkan ucapan selamat saat hari kelahiran-pun tidak ditanggapi. Mungkin sang penghuni sudah jenuh ataupun memiliki kesibukan yang lebih nyata dari sekedar social media. Ada sebuah nama yang dahulu sering berkirim kabar denganku, penasaran lama tidak ada cerita kubuk

Mantra...

Mengingat dari semua hal yang sering kuucapkan, membaca dari semua hal yang pernah kutuliskan terkadang tanpa sadar aku melihat disitu aku sedang "memantrai" diriku sendiri. Tanpa sadar semua hal yang kutulis dan yang kuucapkan dengan hati, baik itu umpatan ataupun perkataan menjadi semacam do'a. Tidak sedikit yang sepertinya suatu guyonan, namun hal itupun seperti di-aminkan dan berubah menjadi suatu kenyataan. Jaman sekolah siapa yang tidak akrab dengan alasan sakit, sepeda bocor, dan lain sebagainya saat memberi jawaban yang dinilai paling tepat saat membolos ataupun terlambat ke sekolah. Tapi tanpa sadar justru hal tersebut kerap kali akhirnya dulu menjadi kenyataan. Contoh lain adalah saat seorang teman yang sudah lama tidak pernah menampakan batang hidungnya, kemudian tiba-tiba nongol dengan indahnya. Biasanya setelah basa-basi yang cukup garing sebagai appetizer , kemudian sebagai main-course adalah pinjam duit (gak semuanya, namun rata-rata begitu). Ja

Itulah Ayah...

Mendapat berita sedih sungguh seringkali membuat nyeri di dada. Seminggu lalu seorang kawan bercerita tentang Ibu-nya yang dirawat di RS Daerah karena sakit yang di deritanya. Tak lama berita itu menjadi lebih sedih lagi saat sang Ibunda akhirnya harus berpulang ke Rahmatullah... Cerita berlanjut... Tentang kesedihan seorang anak manusia yang ditinggalkan Ibunya. Sungguh aku sangat bisa merasakan kepiluan tersebut, karena aku juga belum lama baru bisa terima kenyataan bahwa Ibu meninggal. Semua berubah... Semua tidak sama... Sama halnya kisahku, sahabat satu inipun masih beruntung memiliki seorang Ayah. Hanya bedanya, Bapakku saat itu dalam kondisi sakit, sedangkan Ayahnya sehat wal afiat.. Takdir memang membawa kisah yang berbeda... Kesedihan yang dialaminya begitu mendalam, tentang betapa kehilangan moment-moment keseharian, dimana sang Bunda rajin menanyakan kondisi, jadwal bekerja, bahkan kesehatan. Semua itu kini hilang. Aku maklum, sangat maklum... Sampailah cerita ten

Arisan Tanggal 10 (sebuah memory Mami-ku..)

Pagi ini berencana setor tabungan ke BRI, maklum jika gaji terlalu lama di dompet artinya terlalu cepat menguap, padahal tagihan akan semakin cepat datang dan takut terabaikan hehehe.. BRI cabang yang biasa kudatangi adalah di daerah Jetis (depan Kranggan), sekalian jalan saat nebus DO di Mandiri Sudirman. Ternyata Bank tersebut sudah pindah di daerah P.Mangkubumi (sekarang bernama Jl. Margo Utomo). Tempat tersebut tidak begitu asing karena dulu kalo tidak salah bekas Optic . Masuk ruangan sejuk, mata ini melihat sesosok Ibu-Ibu yang sedang mengambil pensiun, diantarkan kedua putranya. Ingatanku langsung kepada Alm.Ibu, karena seingatku beliau adalah teman dari Alm.Ibu. Ibu tersebut duduk tepat disebelahku. "Nuwun sewu, menawi mboten klentu, dalem-ipun wonten AM. Sangaji njih Bu??", tanyaku kepada Ibu tersebut. "Injih mas leres...", jawabnya, "Nuwun sewu mas sinten njih...??", tanyanya. "Kulo putranipun Bu Nik....", jawabku si

Malaikat-Malaikat Kecil...

Segala hal yang kualami sungguh menjadikan sebagai ilmu dan pelajaran hidup yang tidak terlupakan, jika beberapa waktu lalu tulisanku tentang peranku sebagai Ayah untuk kedua orang tuaku, kali ini ingatanku kepada pelajaran menjadi Ayah untuk keponakanku. Tahun 2001 sungguh peristiwa yang sangat dahsyat dimana waktu yang menjawab bahwasanya tidak semua keinginan terwujud. Kakak tercinta yang kala itu hamil tua ternyata hamil sudah cukup bulan, harus berhadapan dengan maut. Proses melahirkan yang sungguh menghantuiku.  Preeklamsia , demikian kata dokter saat itu menyebut kondisi kakakku, mengingat sudah cukup matang dan siap melahirkan, Kakak dibawa ke ruang bersalin. Waktu berjalan sangat lambat, menunggu adalah hal yang menjadi ketakutan luar biasa, bayi yang ditunggu tak kunjung datang, bahkan oprasi-pun tak bisa dilakukan mengingat tensi Kakak yang sangat tinggi 200. Sampai akhirnya kabar sedih harus kami terima bahwa sang jabang bayi meninggal di dalam kandungannya. Dunia

Modus Sugih Nan Menggiurkan...

Pernah  gak Tiba-tiba mendapat pesan singkat di ponsel; "Ini pin-ku yang baru", dari nomor yang tidak kukenal.  "Selamat anda mendapatkan undian sebuah mobil bla bla bla..."inipun dari nomor yang tidak kukenal. Yang lebih dahsyat, anda sebagai nasabah Bank X mendapatkan hadiah......", yang satu ini semakin wow, karena kebetulan Bank X tersebut memang kumiliki tabungannya. Itu semua modus penipuan, jelas-jelas diakhiri dengan minta transfer uang (untuk yang hadiah), untuk yang nomer PIN, konon jika kita invite , nantinya gambar yang di profil Blackbery milik kita, akan dia save , untuk kemudia dia pakai sebagai photo profilnya yang selanjutnya untuk menipu. Dalam hal ini berbahagialah yang tidak memiliki BB, dan lebih bahagia lagi yang bukan narsis, sehingga tak jarang BB tanpa foto wajah, hehehe... Sebenarnya penipuan-penipuan tersebut sudah lagu lama yang kerap dijumpai, dan herannya masih ada saja orang yang kena tipu. Yang paling sering jika

Teruslah Tebar Kebaikan...

Agak menggelitik jika mengikuti dari para pembenci. Para pembenci ini selalu ada dimanapun berada, susah melihat orang lain bahagia, dan bahagia melihat orang lain susah. Jika sudah beginim mana kawan, mana lawan? Jika menolong dan berbuat baik disebutnya sok-sokan, pamer, sok pahlawan dan lain sebagainya. Bagaimana jika tertawa, happy dan gembira, itu disebut lebay, palsu, dan sebagainya. Yang lebih sedih jika hidup sukses, pasti akan dibilang alahhh masa lalunya adalah bla bla bla... Jika tegas disebut arogan, nah looo... Susah memang jika hidup hanya mengikuti tentang apa yang orang lain pikirkan lebih-lebih tentang pikiran para pembenci. Timbul pertanyaan "terus harus gimana donk?" Itu adalah status Blackberryku malam ini. Luar biasa, salah seorang sahabat menjawabnya "teruslah berbuat baik". Bukan perkara mudah saat semua hal kebaikan yang dilakukan selalu dihujat sang pembenci. Manusiawi bahkan jika akhirnya harus sedikit mengeluarkan tanduk, namun ka

Mikul Dhuwur Mendem Jero

Mungkin peribahasa Jawa tersebut baru bisa kupahami saat ini. Menyimak tentang seorang kawan yang bercerita tentang betapa indahnya masa pacaran dengan membanggakan sang calon dengan begitu penuh bunga tanpa cela. Sebagai kawan aku sangat bahagia dengan keindahan yang tergambarkan, semua indah, satu kata yang tepat adalah sempurna. Se sempurna kisah yang dia ceritakan.. Sampai akhirnya cerita tersebut berakhir pada jalinan pernikahan bahagia, dan berwarna warni, seperti tamu kondangan yang dandan untuk memberikan ucapan padanya, semua ingin " terlihat" sempurna... Dan perjalanan sesungguhnya dimulai.... Beda lagi dengan seorang kawan yang dengan sangat gembira bertutur tentang persahabatan luar biasa, tanpa cela dan semua luar biasa. Walaupun tidak berakhir kepada ujung cerita menikah, hubungan inipun tergambarkan secara luar biasa padaku.. Akhirnya waktupun berjalan... Baik yang menikah ataupun bersahabat memiliki masalah, seiring dinamika waktu yang terus berjalan, ba

nDalem Katimbulan...

Suatu ketika salah seorang kawan bertanya *melalui statusnya di FB tentang dimanakah nDalem Katimbulan itu? Cukup menggelitik karena jika dicari di google map pasti tidak akan ketemu, namun akan di dapatkan bila melalui Foursquare (salah tulis rak?) Hehehe... Apapun itu tak perlu kutuliskan tentang darimana asal muasal nama indah tadi. Subyektif jika aku mengatakan bahwa seringkali ada suatu rumah indah, bahkan megah, hanya sekedar menjadi rumah. Bagiku rumah lebih nyaman jika menjadi tempat tinggal, dimana di dalamnya jiwa dan raga serta doa dan harapan tinggal, saling menguatkan, dan mengisi. Bukan sok filosofis, namun itulah gambaran idealisme-ku tentang arti kata tempat tinggal. Bukan hanya sekedar rumah.. Salah satu warga nDalem Katimbulan adalah Vivi. Persahabatanku dengan Vivi kurang lebih 20 tahunan, bisa terbayang betapa kami saling mengetahui kebusukan dan juga keindahan masing- masing. Jangan dikira kami kompak karena kami tanpa berkonflik, justru kami saling mengkritis

Suatu masa-ku...

Bagiku yang namanya teman itu sangat luar biasa indah, apalagi jika sampai pada taraf sahabat. Dalam berteman ataupun bersahabat pasti ada komitmen yang tentunya satu dan yang lainnya akan menghormati dan sebisa mungkin tidak melanggarnya. Itu idealismenya. Suatu masa di jamanku, dia adalah sosok sahabat yang mengisi hari-ku, kemanapun pergi kami selalu bersama, sampai akhirnya suatu ketika kami berpisah untuk melanjutkan hidup, mencari rejeki di bumi Allah dimanapaun berada. Waktu yang menyisakan perasaan yang kupunya. Aku berusaha dengan tanpa berpikir panjang bahwa ini adalah bagianku. Sepucuk surat kulayangkan dengan menembus semua komitmen yang telah terbangun. Gairah muda tanpa berpikir panjang akhirnya suatu kebodohan tersebut kulakukan. Hanya berpikir demi memusakan egoisku, semua hal kutuliskan.... Waktu dimulai dan berjalan sangat lambat, surat itu tak pernah terbalas... Sampai akhirnya kami bertemu dengan semua kecanggungan yang ada, jelas dalam hal ters