Lebaranku 2014

Tradisi lontong dan opor ayam masakan Ibu sudah tidak kujumpai 2 tahun yang lalu, mengingat kondisi beliau yang tidak boleh kecapekan dari sakit jantung yang dideritanya. Sebagai gantinya semua hidangan tersebut kupesan dari Ibu sahabatku.
Tahun ini berhubung aku hanya tinggal dirumah sendirian, semua menu itu tidak kupesan.
Kelar Sholat I'ed, lokasi pertama yang kutuju adalah makam Mami dan Babe. Ada rasa bolong di rongga dada itulah yang terasa. Biasanya ciuman dari mereka selalu kuterima saat sungkem Lebaran, kini sudah tidak ada lagi..
Semua tak sama, tak akan pernah sama...
Hanya lantunan do'a kupanjatkan untuk arwah mereka berdua..
Ahhh Mami, Babe, aku sangat kangen kalian. Sayangnya hanya pusara kalian berdua yang kulihat.

Perut keroncongan menjadi nahkodaku untuk mencari hidangan Lebaran di Godean. Tempat sanak keluarga tinggal. Di rumah Bu Lik-ku inilah kami biasa berkumpul. Sejak kedua orang tua kandungku meninggal, kami tinggal bersama mereka, sampai akhirnya aku di adopsi.
Tanpa salaman, tanpa basa basi kulangkahkan menuju meja makan, dan mengiris ketupat, serta menyiramnya dengan opor beserta teman-temanya.
Sungguh andai mereka tau apa yang sebenarnya kurasakan, aku sangat kesepian...
Mengingat moment Lebaran, akhirnya semua hal kesedihan berusaha kusimpan dalam hatiku sendiri.

Tak lama kemudian, kakak-kakak beserta keponakan-keponakan mulai berdatangan, seru, meriah, heboh menjadi satu, hingga aku lupa akan semua hal yang kurasa sebelumnya.
Inilah saat paling kusuka dan tradisi yang paling kunantikan. Berkumpul dengan mereka semua. Sungkem keluarga.

Waktu yang akhirnya memposisikan saat dimana masa kecil dulu "memanen" pundi pundi rupiah, kini giliran mengeluarkan rupiah. Sangat senang saat berbagi dan memberi keponakan-keponakan yang riuh berebutan, ahhh Lebaran dengan tradisi ini memang seru.
Seharian kuputuskan untuk menghabiskan waktu di Godean, hingga malam baru kembali ke rumah.

Sepi, sunyi, dan kesunyian kembali saat tiba dirumahku.
Hanya Smokey yang dengan setia mendampingi tuannya.

Teringat betapa sangat ramainya tadi bertemu sanak keluarga yang membawa "pasukan" masing-masing. Jika dulu kalimat klise Lebaran yang paling kubenci. Tahun ini semua hal itu terasa indah bagiku, terasa bagikan do'a tulus dari mereka semua. Apalagi kalau bukan kalimat dan pertanyaan "kapan nikah?", hehehe.. Mohon do'anya saja, semoga Tahun depan sudah membawa pendamping hidup. Amien Ya Rabb.

Berkumpul, bersilaturahmy dengan mereka membuatku senang, bahagia, sekaligus ngenes. Ternyata memang aku sudah tidak muda lagi. Seharusnya akupun sudah membawa Awang Junior, minimal sudah memiliki Ny.Awang.

Malam ini kembali di rumah dalam sendiri dan kesepian, ada sahabat bilang yang pernah merasakan sudah terbiasa sendiri ber-Lebaran. Namun berhubung aku tidak suka sendiri, aku tidak suka kesendirian, dan aku tidak suka membiarkan hal itu terjadi, maka mengharap Hidayah dari Allah SWT, agar segera dipertemukan dengan jodohku.

Semoga Tahun denpan sudah berubah.. 
Lebaran bersama istriku, kemudian dengan keluarga kecilku...
Amien Ya Rabb..

Selamat Ber-Lebaran teman semua, mohon maaf lahir dan bathin.
Semoga sisa usia kita menjadi berkah.
Amien Ya Rabb...



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?