Ribetnya (mau) Menikah....

Hari-hari terakhir ini, topik bahasan antara aku dengan calon istriku adalah tentang urusan pernikahan.
Whalahh..

Aslinya aku sangat males banget dengan yang namanya ribet..
Tapi mau tidak mau karena kami harus merencanakan sendiri ya kudu mumet!

Aslinya hanya ingin sekedar Ijab-syah.. Tapi mengingat dari umurku yang sudah lanjut ini (baca : tua), akhirnya harus berpikir ulang saat beberapa acara pernikahan yang sudah kuhadiri, dan teman-teman inipun meminta undangan balasan. Ditambah aku anak bungsu dari keluargaku, sedangkan Danti anak tunggal...
Walhasil...
Kawin lari adalah satu-satunya jalan terbaik, ringkes, murah, dan penuh tantangan wahahahahahaha....

Urusan tanggal pernikahan sampai detik berita ini kutulis belum juga dapat kabar berita dari Bapak Camer. Maklum beliau "Jawa" tulen. Musti njlimet dengan hitungan statistik perhitungan Hari yang dipilih dari semua hari baik yang ada.. *sodorin almenak + primbon.
Untuk itu manut mawon Bapak, tapi plissssss jangan mepet2 nggih, gedungnya keburu full (maksud-teh gedung sing murah selak kebak) hahahahaha...

Untuk urusan pernikahan akhirnya kami sepakat ngurus sendiri segala sesuatunya, bukan tidak percaya dengan Wedding Organizer, tapi aku pribadi sempat memilih harga paketan pernikahan yang menurutku sudah mahal, saat diundang sang WO tersebut, ternyata hidangan dan riasanya mengecewakan (padahal itu saja acara resepsi harga paketan yang lebih mahal dari yang hendak kupilih).

Gedung adalah hal pertama yang terlintas dalam benakku, mengingat ketidak tersediaan dari tempat yang kami miliki. Dari semua yang ada akhirnya kami sepakat di salah satu gedung (tepatnya Aula) milik sekolah yang dulu calon istriku sempat menyelesaikan D3-nya (baca : ben iso golek diskonan) wahahahahaha...

Catering adalah hal kedua yang cukup menyenangkan pada awal perburuan, tetapi lama kelamaan membosankan. Saking banyaknya pilihan Catering di Jogja, akhirnya aku sering datang ke acara hajatan orang sekedar tesfood. Hmm kebayang gak hampir tiap Sabtu dan Minggu.
Awalanya senang, akhirnya eneg dan bosan, toh hidanganya ya itu-itu saja.
Memang akhirnya bisa mendapat acuan untuk harga kisaran hidangan yang tidak "saru" untuk disuguhkan, dan Catering mana yang memiliki hidangan "wangun" serta harganya masuk akal.

Baju Pengantin adalah hal yang paling sering kami bahas akhir-akhir ini, kami diuntungkan memiliki postur ideal, tidak pendek dan tidak jangkung. Tapiiiiiiiii, aku buncit, dan Danti buesarrr.. (gendut dan tinggi).
Dulu aku punya impian jika menikah menggunakan Paes Ageng Jangan Menir, atau Paes Ageng Kanigaran. Di mataku kesan megah dari kedua busana itu sangat menawan. Aku pribadi tidak begitu masalah untuk menggunakan baju pernikahan model apa, toh perut buncit bisa di lakban hahaha..
Setiap konsultasi pada perias, yang disarankan untuk kami adalah Paes Ageng Basahan (tanpa baju) mengingat calon istriku yang gendut (tapi ayu xixixi). Pada dasarnya aku seneng-seneng aja, bisa memamerkan tatoo-ku, tapiiiiiiiiiii harus siap-siap masuk angin pemirsah.....
Oh Noooo!!!!!!
Dan pilihan kami nanti adalah Paes Ageng Modifikasi ala SBY.
selesai!!!??
Belum pemirsah.... Kami masih diskusi tentang kebaya sing model kepiye, arep dipiyekke, aku pake surjan ato beskap, ato mbuhhhlahhh...

Sumpah ribet!
Tapi seru!!

Well, semoga Allah SWT memudahkan cita-cita kami untuk segera mewujudkan impian menjadi sepasang Suami-Istri, saling merepotkan, saling mengingatkan, tua bersama, senang sedih bersama dan diberi amanah keturunan yang sholeh dan solehah.
Amien Ya Rabb...




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?