Bukan Keluhan...

Sejauh mana kekuatan manusia bertahan untuk hidup itu semua hanya Tuhan yang tau, sebagai umat yang masih diberi kepercayaan dengan raga titipan ini tugas kita adalah menjaga sebaik-baiknya sampai saat dimana raga ini harus diminta dan dikembalikan padaNya.

2 Minggu lalu bunda tercinta mogok makan, entah dikarenakan kondisi yang tidak enak, atau tubuhnya yang mulai renta.
Sebagai orang yang sehat, sungguh pemandangan yang sangat menjengkelkan ketika semua hidangan yang telah kusediakan tak satupun berkenan untuk beliau, satu kata sakti yang selalu kuingat adalah "sabar". Sampai kapan? Bujukan lembut untuk sekedar makan seringkali berlalu layaknya angin, bahkan tekadang membuatku emosional.

Yang aku tau, kesabaran hati tidak sama dengan kesabaran raga titipan ini, dan benar saja kesabaran hatiku diujung tenggorokan yang membuatku ingin sekali berteriak, untuk sekedar melepaskan rasa ini.Kesabaran raga ibu-pun ikut menyerah, setelah melihat kondisi ibu yang semakin hari semakin pucat, akhirnya malam tersebut badan ibu menggigil dibarengi keluarnya keringat dingin yang deras. Sungguh pemandangan yang sangat membuatku sedih.

Semua amarah hilang, semua rasa kesal sirna, Tuhan, ampuni aku dengan semua kemarahanku sebelumnya, kumohon sembuhkan dia, buang deritanya...

Waktu akhirnya memaksaku lagi untuk kesekian kali masuk di Rumah Sakit ini, sedih dan sedikit lelah yang kurasa, sebagai manusia biasa perananku sebagai Ayah untuk kedua orang tuaku semakin berat kurasa, ini bukan sekedar pencitraan "anak berbakti". Dalam hal ini aku hanya sekedar berusaha menjalani bagianku dalam cerita kehidupan ini yang berperan sebagai anak. Itu saja. Kalopun ada anggapan anak berbhakti atau apalah namanya, kurasa biarlah Tuhan yang menilai, toh Tuhan yang tau saat dimana ada dan tidak adanya keikhlasan yang aku lakukan terhadap mereka berdua.

Malam ini ibu akhirnya pindah ke bangsal, setelah sebelumnya raga rentanya dipenuhi berbagai peralatan disaat menempati ruang ICU, kemudian ke IMC. Sungguh jika boleh memilih, walaupun Rumah Sakit ini nyaman, aku lebih suka merawat ibu di rumah, hal ini dikarenakan bapak juga sedang tebaring setelah 2 bulan lalu patah tulang dan juga opname di bangsal ini. Kembali lagi, dalam kondisi tertentu dalam hidup ini tidak ada pilihan selain harus mengikuti jalinan skenario yang telah ditentukan.

Aku tidak akan memaksa Tuhan dengan arogansi do'aku. Aku hanya memohon kepada Tuhan agar diberikan yang tebaik untk ke dua orang tuaku, yang terbaik menurut Dia. Dan Insyaallah aku akan menjalaninya, ikhlas ataupun tidak biarlah Tuhan yang bisa mengukur dan menilainya.

Kembali dinding hijau ini mewarnai hariku, untuk sementara dinding jingga rumah dan kamarku kutelantarkan.

Cepat sembuh bu, pak... Love You...

Komentar

  1. tetap semangat jangan pernah lelah berpijar, Tuhan tidak akan pernah lelap dari penjagaan. TUHAN akan selalu memberikan apa yang terbaik buat hambanya dibalik semua ujian yang DIA berikan. YAKIN...Tuhan selalu menjagamu, dan memberikan orang2 yang menyayangimu untuk selalu memberi support. GWS FOR MOM.....and DÀD..,

    BalasHapus
  2. Demi Allah Aq terharu,, jadi ingat Mamah Tercinta yg sudah tiada " sabar,, sabar,,dan sabar "

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?