Penari Buncit...

Dapat lotre rasanya gambaran ketika diajak menari kembali bersama kelompok tari Bala Maharddhika. Dunia panggung yang sudah agak lama aku tinggalkan kembali ditawarkan.
Jika dilihat dari usia, bolehlah menari lagi, toh masih imut ini (hiahahahaha), tapi yang jadi masalah adalah perut sexy-ku yang membulat dan montok, bagaimana bisa aku menyembunyikannya? 
Entah kegilaan apa yang ada diotakku, sehingga aku ambil kesempatan tersebut, jujur aku kangen dengan suasana belakang panggung.

Seperti biasa, dengan menyanggupi untuk tampil, artinya harus siap dengan waktu latihan yang melelahkan, beruntunglah jam kerja kantorku yang cukup santai bisa membuatku leluasa mengikuti jam latihan. 
Latihan hari pertama serasa gojlokan mahasiswa baru, seluruh badan sakit sampai ke persendian. Sepertinya badan ini kaget dengan aktifitas yang telah lama aku tinggalkan. Belum lagi ternyata kemampuan otak yang cukup lemot untuk mengingat semua gerakan dan bentuk koreografi yang diberikan. Kawanku bilang itu faktor "U". Oh tidakkkkkkk...

Hari kedua latihan, sudah mulai terbiasa raga dan otak ini untuk berkolaborasi memadukan jiwa seiya sekata, seiring sejalan *halahhhh... Tapi pekerjaan yang paling berat adalah tetap sama "buncitku" mau ditaruh dimana nanti?

Proses latihan berlanjut sampai dengan "mengawinkan" penari dengan musisinya (maklum iringannya music live), yang terjadi adalah kembali lagi otak ini harus bisa mengingat semua gerakan dan koreografi sama dengan saat berlatih, hasilnya adalah sedikit kewalahan dikarenakan ada beberapa unsur musik yang berubah dan berbeda. Apapun itu tidak masalah, masih bisa di handle dengan manis.

Hari pementasan-pun tiba,
Suasana belakang panggung yang "heboh" seperti malam tersebut adalah saat paling kurindukan, dari proses make-up, sampai dengan penggunaan kostum serta atribut aksesoris dan teman-temannya sangat seru.... Kembali lagi kutatap si buncit ini, mau kuapakan ya? Show Must Go On!!

Dengan semua atribut yang telah disiapkan akhirnya kami tampil. Beruntung kostum yang diberikan memiliki ripel-ripel "ala" pakaian Belanda jaman dulu, sehingga kebuncitanku agak tersamarkan, ditambah dengan pending (ikat pinggang dalam pakaian adat Jawa) yang semakin mengencangkan buncit ini.

Akhirnya tarian selesai ditampilkan, 
Kembali ke belakang panggung tuk melepas semua kostum yang mengganjal perut ini, sampai akhirnya "HAIKKKKKKKKKK..." lega aku bersendawa sepertinya perutku sudah tersiksa berjam-jam lalu...
Hahahahaha....





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?