nDalem Katimbulan...

Suatu ketika salah seorang kawan bertanya *melalui statusnya di FB tentang dimanakah nDalem Katimbulan itu? Cukup menggelitik karena jika dicari di google map pasti tidak akan ketemu, namun akan di dapatkan bila melalui Foursquare (salah tulis rak?) Hehehe...

Apapun itu tak perlu kutuliskan tentang darimana asal muasal nama indah tadi.

Subyektif jika aku mengatakan bahwa seringkali ada suatu rumah indah, bahkan megah, hanya sekedar menjadi rumah. Bagiku rumah lebih nyaman jika menjadi tempat tinggal, dimana di dalamnya jiwa dan raga serta doa dan harapan tinggal, saling menguatkan, dan mengisi.
Bukan sok filosofis, namun itulah gambaran idealisme-ku tentang arti kata tempat tinggal. Bukan hanya sekedar rumah..

Salah satu warga nDalem Katimbulan adalah Vivi.
Persahabatanku dengan Vivi kurang lebih 20 tahunan, bisa terbayang betapa kami saling mengetahui kebusukan dan juga keindahan masing- masing. Jangan dikira kami kompak karena kami tanpa berkonflik, justru kami saling mengkritisi satu dan yang lainnya, dengan bahasa kami, tanpa kepalsuan dan tendensi apapun. Benang merahnya hanya satu rasa sayang. Jika sayang dengan orang, selalu menjadi pendukung tanpa mengingatkan sangat tidak tepat artinya menggiring ke jurang, itu prinsip kami.

Orang bisa kuliah itu biasa bagi sebagian orang, bagi kami harus menebus mimpi satu itu dengan banyak hal.

Perempuan bisa kuliah itu juga biasa, tapi perempuan sudah menikah dan memiliki 2 orang anak, serta jauh dari suami dan harus ditambah fokus kuliah itu baru luar biasa. Semua tidak berjalan semudah dan semulus kelihatannya...

Beda dengan Malik,
Awal melihat "keajaiban" anak ini hanya dari komputer lawas yang dia miliki. Aku takjub dengan kemampunnya mengelola file-file yang ada di dalam kompinya. Satu hal yang ada dalam kepalaku, dia anak yang memiliki kemampuan luar biasa, hanya sayang kurang "beruntung". Saranku waktu itu hanya satu "kuliahlah", jika sudah punya niatan baik, yakin jalan akan dimudahkan...

Mimpi bisa menjadi sarjana itulah yang kami inginkan. Bukan untuk membuktikan pada siapapun, namun lebih pada pembuktian pada diri sendiri bahwa kami mampu, dan terkadang di Negeri ini seringkali selembar ijasah menyebutkan sarjana adalah bagian dari sarana agar tidak dipandang sebelah mata, kadang sangat menyebalkan, tapi ya inilah kenyataanya..

Di nDalem Katimbulan kami berbagi segala hal, dan hampir semua tentang cerita bahagia, bahkan kami sering mentertawakan kesedihan. Karena kami yakin, bahagia dan sedih tinggal bagaimana mensikapinya, itu bagi kami. Gak perlu lebay binjai dan menangis darah untuk kesedihan, tapi cukup kita bahas dan cari celah untuk ditertawakan dan mencari jalan keluarnya. Bahkan hanya sekedar tumis kangkung dan tempe goreng, bisa kami bagikan dan santap dengan bahagia penuh cinta.
Kami berbagi segala hal...

Sabtu, 26 April 2014 kedua warga nDalem Katimbulan itu akhirnya mampu mewujudkan impian tersebut, bahkan dengan predikat "cumlaude".
Hari tersebut adalah hari dimana aku merasa sangat bahagia, mengantarkan, menemani, mensuport mereka meraih satu lagi mimpi.

Walaupun kata orang saudara kandung itu lebih kuat karena pertalian darah, namun bagiku kalian adalah saudara indah yang dipertemukan oleh Allah. Semoga kita bisa tua bersama, saling mengingatkan dan mendukung. Aku bangga dengan kalian, saatnya kita bersama-sama meraih mimpi dan mewujudkanya lagi.
Harapanku ada calon wanita untuk kujadikan sebagai pendampingku dalam mengarungi hidup, dan menjadi warga nDalem Katimbulan yang penuh cinta...

Semoga Allah SWT selalu melindungi kita semua...

Jayalah nDalem Katimbulan dan warga negaranya... Amien Ya Rabb...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?