Hujan Abu...

Jogjakarta 14 Februari 2014
Jum'at ,
Alunan soundtrcak suara musik Hwan Jing Yi mengalun cukup keras dari ponselku, membangunkan di pagi gelap yang cukup dingin tersebut. Masih berasa malas tatkala gelap masih kujadikan tanda bahwa ini masih terlalu pagi, atau bahkan terlalu mendung, tanpa kulihat penunjuk waktu yang berada di meja kamarku.
"Hallo, pagi...", salam pembuka dengan penuh malas akhirnya keluar dari mulut bau nagaku, yang ternyata dari sahabatku Vivi.
"Woiiii bangunnnnnn!!!! Coba tengok ke luar, abunya ngeri banget! Tebel!!, blah blah blah.... ",puanjang bangettttttt dan titttttt, metong!
Buru-buru otak ini segera kuisi kembali dengan kesadaran, setelah semalam saat tidur kurasa isinya sudah berceceran entah kemana. Berusaha mengingat dan memahami semua kejadian.
Pagi masih gelap, kamar masih dingin, dan abu... 
Uopohhhhhhh ikiiiiii!!??? Gak jelas!!
Yang aku tau aku masih di kasur dengan berpakaian dalam,  dibalik selimut..
(Gak usah membayangkan tubuhku hanya menggunakan pakaian dalam ya!! Sumpah dan yakinlah RA SEXY BLASS!! Hahahahahah).
Akhirnya mata ini kupaksa untuk melihat jam weker di meja yang secara ajaib menunjukkan pukul 06.30 WIB, ternyata sudah menjelang waktu bangun tidurku qiqiqiqi. Tapi kenapa masih gelap dan dingin??
Ternyata AC dari semalam belum kumatikan, dan masih pada angka 20, pantesan dingin.
Dan yang terakhir kali adalah mencari tau tentang abu yang diinformasikan dari sahabatku tadi, hanya saja nyawa belum ngumpul ya tentu saja sangat tidak paham, ditambah pikiran masih berserakan di bawah kolong springbed, keluar kamar Smokey ternyata lebih kurang sama saja dengan tuannya, masih molor di bawah kursi.
Kubuka pintu dan walahhh, ternyata alam sedang membagikan kesuburan lewat hujan abu vulkanik Gunung Kelud, pantesan kamarku gelap, disamping gorden belum kubuka, genteng kaca yang biasa sebagai penanda saat matahari sudah nongol, kini tertutup si Upik Abu. 
Hmmm... baiklah...

Kutemui "istri-istriku", dan ternyata semua berita dan status isinya sama tentang dahsyatnya abu vulkanik dari Gunung Kelud, hal ini dari istri pertamaku si BB, juga status dari Andro dan juga si Apple, ketiga pendampingku tersebut mengatakan hal yang sama.

Artinya demi keamanan bersama, adalah tidak keluar dari rumah, pengalaman erupsi Gunung Merapi lalu, yang membuatku berubah menjadi Hanoman saat sampai kantor karena terkena abu, sehingga membuatku memutuskan untuk libur! (sing duwe kantor kan mbahku! sak karepktu to!!! Rasah Protes!!!).

Dapur adalah tujuan pertama yang selalu kudatangi setelah bangun tidur, lumayanlah persediaan makan masih ada. Bahkan makan buat Smokey masih punya, jadi hari ini adalah hari menjadi siput, yihaaa bersembunyi di dalam cangkang!!!
Lantai ternyata benar-benar kotor dari abu ini, debu-debu halus masih bisa masuk melalui lobang ventilasi. Kunyalakan kompor, yang kebetulan sudah ada ceret diatasnya, sekaligus memanasi ayam smokey.
Kuambil 2 buah kentang dari kulkas yang rencananya tuk kujadikan sarapan, kukupas dan kupotong-potong kemudian kurendam dengan air garam.
Ceret berbunyi layaknya peluit panjang, artinya air sudah mendidih, dan segelas susu bisa kusiapkan untuk sarapanku.
Giliran wajan dengan sahabatnya si minyak kelapa naik di kompor, sebagai sarana penyiksa kentang hingga matang nanti.
Menunggu si kentang matang lumayan lama, hingga akhirnya kuputuskan untuk bercengkrama di dunia maya dan menggosip tentang si Upik Abu melalui chat di BBM. Ternyata rata-rata sama, semua heboh dengan si Upik Abu, saking hebohnya ternyata aku terlalu asik memainkan gadget,  dan lebih hebohnya lagi, kentangku gosong, walaupun belum sempat menjadi abu. 
Walhasil sarapan segelas susu ditemani kentang gosong yang rasanya seperti emping mlinjo, hahahahahahaa. KUAPOKKMUUU!!!!!

***

Hari Sabtu kuputuskan untuk masuk ke kantor, walaupun biasanya aku meliburkan diri (Ingat ini adalah kantore mbahku!! BEBAS!!), perjalanan dari rumah ke kantor yang biasanya hanya kutemppuh 15 menit, pagi itu serasa sangat lama. Pemandangan yang dihadirkan sebuah keregaman warna yang sama, yaitu abu-abu. Salah satu warna yang bukan menjadi favoritku. Jika menyaksikannya seperti berjalan di alam mimpi, alam yang sesekali kumasuki dalam tidurku, semua tidak begitu nyata, dan berwarna gelap, samar-samar dan tidak dinamis.

Sampai di kantor aku berubah menjadi Hanoman, dengan semua debu yang menempel, maklum aku mengendarai motor bukan mobil, sampai cerita ini kubuat mobilku belum datang, itu dikarenakan belum aku DP, bahkan belum aku pesan, karena memang belum punya uang hahaha...

Perjalanan pagi itu membuatku kembali lagi belajar dari alam, memahami tentang arti keaneka ragaman, sering kali tanpa menyadari bahwa ternyata ketika semua warna di bumi ini seragam satu warna, pemandangan tidaklah indah. Mungkin itu juga dengan hidup ini, semua manusia memiliki keragaman, tidak terbayang jika mahluk di bumi ini semua sama, mungkin tidak ada yang namanya dinamika hidup. Menjalani hari menjadi monoton, sangat tidak seru. Tanpa ada gairah...

Kembali lagi dari alam sebuah filosofi hidup kuambil, belajar mensyukuri dari semua hikmah bahkan dari yang "konon" disebut cobaan..

Apapaun itu, aku yakin abu ini suatu saat akan sangat berguna bagi umat manusia, bukankah Gunung juga ciptaan Allah SWT yang sujud dan tunduk atas perintah-Nya..

Hidup ini indah sobat, sebagaimana pikiran kita jika memandang semua hal suatu keindahan.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?