Malaikat-Malaikat Kecil...

Segala hal yang kualami sungguh menjadikan sebagai ilmu dan pelajaran hidup yang tidak terlupakan, jika beberapa waktu lalu tulisanku tentang peranku sebagai Ayah untuk kedua orang tuaku, kali ini ingatanku kepada pelajaran menjadi Ayah untuk keponakanku.

Tahun 2001 sungguh peristiwa yang sangat dahsyat dimana waktu yang menjawab bahwasanya tidak semua keinginan terwujud. Kakak tercinta yang kala itu hamil tua ternyata hamil sudah cukup bulan, harus berhadapan dengan maut. Proses melahirkan yang sungguh menghantuiku. 
Preeklamsia, demikian kata dokter saat itu menyebut kondisi kakakku, mengingat sudah cukup matang dan siap melahirkan, Kakak dibawa ke ruang bersalin. Waktu berjalan sangat lambat, menunggu adalah hal yang menjadi ketakutan luar biasa, bayi yang ditunggu tak kunjung datang, bahkan oprasi-pun tak bisa dilakukan mengingat tensi Kakak yang sangat tinggi 200.
Sampai akhirnya kabar sedih harus kami terima bahwa sang jabang bayi meninggal di dalam kandungannya. Dunia berasa gelap, 
Namun logika harus main, jika memang sang bayi telah meninggal, saatnya memberi semangat untuk Kakak agar bisa menjalaninya, kebohongan demi kebohongan kami lakukan demi menyelamatkan serta membangkitkan semangat hidupnya.
Akhirnya bayi tersebut bisa keluar dengan selamat, dengan proses persalinan normal, walaupun sudah dalam keadaan meninggal....

Tahun 2002 kembali lagi serangan panik tersebut menghantui kami, tidak pernah lepas do'a dan permohonan demi kemudahan bagi calon Bayi yang ke-2 untuk Kakaku tersebut. Walaupun kembali lagi tensi tinggi mengkhawatirkan kami semua, namun Alhamdulillah pada 06 November 2002, melalui Operasi Cesar, lahirlah Raka Ananda Putra dengan selamat. 
Sedikit banyak perasaan lega dan rasa syukur tak terhingga kami haturkan pada Illahi..

Tahun 2011 ternyata harus menjadi saksi kembali betapa lakon anak pertama mbakku terulang. Di anak ke tiga inipun sang jabang bayi tidak bisa terselamatkan, tensinya bahkan sampai 350, ibunya bisa selamat saja sangat luar biasa, semua memang takdir Illahi. Tugas kami adalah menerima dan menjalani peranan yang kami harus lakoni.

07 Mei 2014,
Kini giliran sahabatku Vivi menjalani proses melahirkan anaknya. Pengalamannya melahirkan normal, namun dengan kondisi cukup menegangkan pada anak pertamanya membuatku sangat gugup. Ditambah beban yang diberikan suaminya menitipkan istrinya di Jogja padaku, seakan melengkapi ke gugupanku. Belum lagi 2 kejadian yang dialaminya saat kontraksi hebat dan kecelakaan kendaraan beberapa waktu sebelum melahirkan. Lengkap sudah harus memeras otak dan memerankan menjadi sahabat, sekaligus suami, dan juga ayah.
Sejak pukul 07 pagi ketuban sudah pecah, hal tersebut berlangsung cukup lama, hingga pukul 20 malam hanya bukaan 2. Sungguh tidak tega melihat sahabtku tersebut kesakitan, sampai akhirnya jalan Operasi Cesar yang dipilihnya.
Mengingat ketuban yang semakin banyak keluar, dan khawatir jika kenapa-kenapa dengan calon bayi, maka keputusan tersebut disetujui oleh dokter dan juga suaminya (via tlp.). Hasilnya adalah pukul 80.45 menit terdengarlah suara orok dari ruang operasi, dan seorang bayi kecil perempuan berat 2,9kg lahir ke dunia.
Proses "ajaib" yang kusaksikan membuatku takjub, serta salut dengan seluruh perempuan. 
Luar biasa...
Taruhan nyawa..

Ah, pelajaran yang sangat luar biasa untukku, inilah proses kehidupan. Proses sakit luar biasa untuk mendapatkan mutiara yang sangat elok.

Pada-Mu hanya bisa mengucapkan Alhamdulillah dan Subhanallah...

Kau yang Maha Luar Biasa...

Selamat datang Damara Nadha Maheswari, selamat untuk sahabatku Wiwin Sulanjari dan Yuyun Suhardi...
Aku ikut bangga dan bahagia...
2 Mimpimu terwujud di tahun ini, Wisuda dan Melahirkan....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?