Mikul Dhuwur Mendem Jero

Mungkin peribahasa Jawa tersebut baru bisa kupahami saat ini.

Menyimak tentang seorang kawan yang bercerita tentang betapa indahnya masa pacaran dengan membanggakan sang calon dengan begitu penuh bunga tanpa cela. Sebagai kawan aku sangat bahagia dengan keindahan yang tergambarkan, semua indah, satu kata yang tepat adalah sempurna. Se sempurna kisah yang dia ceritakan..

Sampai akhirnya cerita tersebut berakhir pada jalinan pernikahan bahagia, dan berwarna warni, seperti tamu kondangan yang dandan untuk memberikan ucapan padanya, semua ingin " terlihat" sempurna...

Dan perjalanan sesungguhnya dimulai....

Beda lagi dengan seorang kawan yang dengan sangat gembira bertutur tentang persahabatan luar biasa, tanpa cela dan semua luar biasa. Walaupun tidak berakhir kepada ujung cerita menikah, hubungan inipun tergambarkan secara luar biasa padaku..

Akhirnya waktupun berjalan...

Baik yang menikah ataupun bersahabat memiliki masalah, seiring dinamika waktu yang terus berjalan, bahkan terkadang berlari.

Satu cerita, menjadi rangkaian drama yang sangat berbalik 180 derajat dari sebelumnya, semua keindahan menjadi hanya bagian masa lalu. Keburukan yang tadinya tidak pernah ditampakkan menjadi terlukis jelas. Semua terkisah saat babak demi babak muncul berbarengan dengan masalah..

Sering kali bukan hanya cercaan, namun kalimat maha dahsyat dari seseorang yang pernah memiliki rasa sayang menjadi begitu menyayat.

Berusaha menjadi pendengar yang baik, tanpa mau ambil pusing dengan apapun yang terjadi, namun hati dan pikiran berkata lain...

Jika kemudian semua hal dikemukakan, bahkan suatu aib dari seorang kekasih, sahabat, ataupun teman, bukankah itu sama dengan membuka aib sendiri. Secara tidak langsung justru saling melukai. Jika semua mengumbar keburukan yang ada, akhirnya justru semua orang tau keburukan masing-masing...

Bukankah hal-hal buruk seorang kekasih, seyogyanya tidak diumbar. Seperti judul tulisanku kali ini. Menjunjung tinggi nama baik, ingatlah betapa dulu kau puja dia.
Inilah hidup, tidak ada yang sempurna.

Pertanyaan muncul tiba-tiba, dimana rasa kasih dan sayang yang begitu indah menemani perjalanan tersebut?

Bagiku inilah ilmu yang sangat berguna, bahwasanya untuk bisa bertahan hidup adalah salah satunya memiliki para kekasih yang bisa menggampar, dan memelukku dengan sayang. Mereka yang akan senantiasa ada untukku, bahkan makian dan umpatan dari para terkasih diantara kami bagiku wujud perhatian yang jujur,dan demi kebaikan kami.

Proses pendewasaan dan mata kuliah umum selalu tidak pernah usai sampai saat kututup mata nantinya. Selalu beryukur dengan nikmat dengan bertemu orang-orang hebat yang memiliki cinta dan kasih. Semoga kami akan tua bersama, bangga dipertemukan kalian...

Ahhhh malam...

Kau saksi betapa aku sangat bersyukur akan semua proses keindahan ini, proses pendewasaan dan pematangan berpikir. Hasil adalah milik Allah yang berhak menilai, namun proses yang indah ini adalah kenikmatan yang luar biasa...

Selamat beristirahat sobat, i love you all...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?