Ayah, Bapak dan Ibu-ku

Orang bilang saat tua nanti, orang tua kita akan kembali seperti anak-anak. Jadi jangan heran akan perubahan pada perilaku mereka. Jadi persiapkan diri dan mental untuk menghadapinya nanti, sama seperti saat memiliki anak kecil. Mungkin pendapat tersebut benar, tapi bagaimana denganku yang belum pernah merawat anak?
DL!! Deritaaaa Loooooo! Hehehehe...

3 Tahun lalu ibuku jatuh dari kendaraan bermotor, saat beliau hendak pulang dari therapy kesehatan. Biasanya ibu pulang therapy, naik angkot, tapi hari naas tersebut ibu memutuskan membonceng kendaraan motor kawannya, entah karena tidak terbiasa dibonceng ibu, entah karena hal lain, motor itu rubuh saat ibu hendak naik, dan akibatnya tulang paha ibu patah. Padahal ibuku tiap pagi waktu itu, rajin therapy demi membuat nyaman kakinya yang konon katanya sering sakit, lah malah patah... Akhirnya harus dioperasi.

Kehidupanku mulai berubah, pasca operasi penyembuhan hari-hari di rumah aku harus terbiasa menjadi perawat untuk beliau, dari urusan mandi sampai segala hal.

Alhamdulillah sekarang sudah membaik, tidak bisa pulih memang, tapi minimal Ibu bisa mulai beraktifitas sehari hari...

Hal yang unik adalah Bapakku sering menghina atas derita yang ibu alami, awalnya aku kurang suka dengan tabiat Bapak tersebut. Well teringat nasehat kawan, maklum aja sudah kembali ke sifat kanak-kanak jadi harap dimaklumi.
Sempat berpikir, apa iya dunia anak-anak identik dengan hina menghina, mungkin saja bisa ya, bisa juga tidak....

Dan...
3 Minggu lalu, Bapak jatuh dari tempat tidur, yang terjadi adalah tulangnya patah. Menurut dokter, Bapak tidak bisa dioperasi. Hal tersebut mengingat kadar gula dan tensi yang tinggi. Seminggu di rawat di RS, kemudian harus dirawat dirumah sampai kurang lebih 1,5 Bulan...

Kembali lagi aku menjadi perawat, kali ini untuk Bapak. Pengalaman merawat ibu membuatku tidak begitu kerepotan kali ini.

Dibanding merawat Ibu, Bapak lebih mudah mengurusnya. Hal ini dikarenakan karena meskipun kakinya sakit, Bapak sangat mudah untuk urusan makan, sedangkan Ibu pemilih untuk urusan satu tersebut.

Segala yang berhubungan dengan aktifitas sehari-hari, Bapak lakukan di tempat tidur. Jujur saja hal yang paling berat ketika beliau buang air besar, fuhhhh tidak perlu kuceritakan disini detailnya.
Beruntungnya peralatan merawat Bapak sudah kumiliki saat Ibu sakit dulu, dari pispot sampai kursi model toilet. Kursi toilet tersebut menyerupai toilet duduk, tapi memiliki sandaran layaknya kursi biasa, praktis bisa diangkat junjung. Jadi saat Bapak minta BAB, tinggal aku angkat ke kursi tersebut, mudah dibersihkan karena ada ember penampungnya.

Awalnya semua baik-baik saja, sampai akhirnya Ibu tidak suka saat "properti" miliknya sering dipakai Bapak, nah lo... Persis kayak anak kecil berebut mainan, jika sudah begini kadang pengen banget jewer keduanya biar gak berebut hehehe...

Hal yang lucu lagi, seperti saat Ibu sakit dihina Bapak, sekarang hal sebaliknyapun berlangsung. Kalo sudah begini biasanya terjadi pertengkaran, kadang aku cuekin dengan menyibukkan diri FB-an, BBM-an, dan an an yang lain. Tetapi terkadang jika situasi sudah mulai "memanas" mau gak mau, aku harus turun tangan...
Seperti tetanggaku yang berusaha melerai ke dua anaknya yang masih Balita saat berantem..

Mungkin seperti itu sedikit repotnya ketika memiliki anak saat masih kecil, entahlah... Sekali lagi karena aku belum punya anak..

Awalnya aku berpikir pasti berat untuk melakoni peranan tersebut, merawat kedua Orang Tuaku disaat sama-sama Sepuh..
Namun saat sudah dijalani, ternyata tidak sesulit pikiranku.

Ada hal yang paling sulit dibanding pekerjaan menjadi perawat.
Pagi hari, saat aku membuka jendela kamar mereka, aku tatap mereka, dan aku harus pastikan bahwa mereka masih bernafas... Saat itulah aku merasa lega...

Kini aku menjadi Ayah untuk Bapak dan Ibu-ku... Love them so much...



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..