Baik Punya Versi...

Menjadi orang baik idel itu yang gimana ya?
Baik menurutku belum tentu sama dan sejalan dengan idealisme kebaikan versi anda, kamu, sampeyan, ente...

Dengan diam, biasanya satu satunya aksi yang kulakukan saat tidak suka ataupun tidak setuju akan suatu hal yang tidak baik. Hal tersebut kulakukan demi sebuah nama "menjaga perasaan orang lain". Dan hasilnya adalah, aku kena penyakit liver, entah itu berhubungan atau tidak, aku kurang tau. Tapi yang jelas sakit hati yang sering kurasa, membuahkan sakit liver. Eit, itu dulu...

Sekarang aku lebih bisa menekan perasaan sensitif menjadi perasaan cuek. Ternyata memang enak ketika menjadi diri sendiri, aku tau batasan baik dan buruk versiku. Selama tidak merugikan orang lain, bagiku cukup. Jika orang lain menganggapku bukan orang baik, ya ku kembalikan pada masing-masing orang menilainya, bukankah lebih seru jika tidak semua orang beranggapan seragam tentang kita? Hidupku tidak hanya sekedar pencitraan, wajar aku punya sisi kebaikan, dan wajar aku punya sisi keburukan, hanya manusia biasa....

Nasehat yang masih kuingat saat opname dulu adalah perkataan seorang dokter internis yang merawatku kala itu "hidup itu dibuat happy". Supaya happy ya carilah hal-hal yang membuat bahagia. Perjalannya waktu sampai ada perkataan seorang teman yang juga sangat masuk akal, "bahagia itu dari pikiran", awalnya aku kurang percaya, karena bahagia itu bagiku dari hati. Memang benar bahagia dari hati, tapi pikiranlah yang menciptakannya, bagaimana melihat suatu permasalahan menjadi berat, atau menjadi ringan, menjadi cerita sedih ataupun menderita. Aku tidak akan khotbah ataupun berusaha menggurui dengan theory yang sok psikologis, toh aku tidak paham kurikulum dan ilmu itu, namun yang pasti ternyata kalimat tersebut benar, dan manjur buatku.
Bahagia kita sendiri yang ciptakan.

Membosankan, itulah satu hal yang ada di dalam otakku saat melihat sosok pribadi yang terlalu lurus, kurang ada tantangan dan standar banget. Hidup itu dinamis-lah jangan sempurna-sempurna amat, toh yang sempurna hanya Tuhan.

Pernah suatu kali seorang kawan curhat via Blackberry Massangger, awalnya aku yang memancing akan status BBM-nya yang bernuansa "panas", kawanku tersebut dapat kritikan pedas dari teman lamanya. Alih alih berbasa basi akhirnya curhatannya mengalir bagaikan tetesan air yang masuk dari ujung eternit kamarku yang bocor saat hujan, lancarrrr tanpa cela... Topiknya ya itu tadi tentang mudahnya seseorang menghujat penampilan orang lain, tanpa melihat diri sendiri, jauh dari kata bijaksana. Memang benar kata pepatah "berlian yang keluar dari mulut anjing tetaplah berlian", tapi jika kritikan yang keluar, bukan berlian gimana? Hehehehe... Intinya ya itu tadi, baik itu dari kacamata siapa? Saran pada kawan tadi adalah, jangan terlalu risau dengan omongan dari orang yang bermulut besar, biarkan saja mulut besarnya bertambah besar, agar bermanfaat bagi orang lain, misalnya buat berteduh disaat musim hujan, atau saking besarnya tuh mulut bisa digunakan penadah air, kan lumayan untuk disumbangkan saat musim kemarau di daerah tandus hehehehe, dan cukup disyukuri saja, meskipun dianggap bukan orang baik, minimal telah mencuri perhatian, dan mendapat perhatiannya, meskipun dengan kalimat pedas.
Dah, mendingan ngurusin anak, dan suami serta keluarga bahagianya, yang lebih tau dan mengenalnya, dari pada pusing ngeladeni omongan orang...

Bagaikan acara orang punya hajat kawinan, sesempurna apapun si empunya gawe mempersiapkan acara, selalu saja ada orang yang mencacatnya, gak percaya? Coba saja...

Begitulah dengan kebaikan dalam hidup..
Baik menurutmu belum tentu baik bagi orang lain, tapi yakinlah baik menurut Tuhan, pasti akan baik untukmu.

Dan lebih baik lagi jika selalu berusaha bersikap baik, yakinlah alam raya akan membalas dengan kebaikan...

**sepertinya aku salah minum obat nih bisa menulis sok bijak gini hahahahahaha, anyway tetaplah menjadi dirimu sendiri sobat, yakinlah bahwa kalian semua pribadi unik yang diciptakan dengan ciri kalian masing-masing...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..