Bapakku Sayang...

Beberapa waktu lalu tiba-tiba Bapak bilang "Sesuk yen aku mati, tulung klambi-klambiku diwenehke sing butuh..."
Kujawab "Iya Pak, tapiiii Bapak kuwi saiki mikir le sehat, mati urip titahe Gusti Allah SWT", berusaha menekan perasaanku sampai ujung jempol kaki, agar tidak menangis saat menenangkan Bapak...
Bapak kemudian tersenyum...

Raga Bapak semakin lama semakin renta, sesekali tatapan kosong muncul diwajahnya. Jika biasanya Bapak mandi kubantu ke kamar mandi menggunakan kruk-nya, sekarang rutinitas itu kuhentikan. Terakhir Bapak tindak ke toilet sangat kepayahan, rasanya sangat tidak tega melihatnya, ditambah jika sudah kembali ke kamar dari toilet, nafasnya sangat berat. Alternatifnya adalah, mandi di kamar..

Pagi itu kucoba memandikan Bapak di kamar, hasilnya adalah kamar banjir hehehe, well namanya uji coba..
Pagi selanjutnya pakai cara lain, kumandikan Bapak setengah kering, sama saat dulu terbaring sakit, namun rasanya kok kurang bersih...
Akhirnya hari ketiga baru bisa menemukan cara yang lebih bersih untuk mandikan Bapak, tanpa harus ke toilet, dan tanpa harus membanjiri kamar. Dengan washlap yang kuperas sangat ringan, meninggalkan air cukup banyak dikain, untuk dapat kusapukan ke badan Bapak, lumayan basah badannya... Menurutku ini lebih baik *maaf ya Pak jika kurang sempurna. Yang penting Bapak bersih dan tanpa harus membebani raga sepuhnya...

Entah karena bosan, entah karena hal lain, nafsu makan Bapak menurun. Sarapan yang biasa kusediakan tidak dimakan saat pagi, tapi baru dimakan saat siang, walhasil hanya 2 kali sehari makannya.
Cukup khawatir dengan hal tersebut, apalagi Bapak protes untuk tidak minum teh manis di pagi hari, katanya "eneg".

Hasilnya adalah, 3 hari lalu Bapak menggigil. Pagi hari jam biasa siram kuawali dengan panik. Bapak itu jarang mengeluh, tapi pagi itu beliau merasa kedinginan. Bingung dan panik jadi satu, namun berusaha mengingat-ingat kejadian kemarin. Sesekali kubisikan Istighfar ke telinga Bapak demi menenangkannya.
Kepala ini masih mencari cara dan berpikir, sembari menambahkan selimut agar Bapak merasa lebih hangat... "Ya Allah aku harus bagaimana....help me...."
Tiba-tiba teringat akan beberapa kasus dimana Orang Tua teman-teman yang pernah mengalaminya, bergegas kubuatkan teh manis hangat, kusuapkan ke Bapak sesuap demi sesuap, demi menghangatkannya, dan menaikkan gula darahnya.
Bapak masih menggigil, namun sudah tidak seperti sebelumnya..
Bergegas kuambil dan kusuap sarapannya. Awalnya Bapak menolak, akan tetapi bujukanku berhasil "yen ra gelem sarapan adem-mu ra bakal ilang Pak...", dan walaaaaa... Satu piring berhasil masuk ke perut Bapak...
Dan pagi yang panik itu akhirnya bisa kulalui.. Terbukti Bapak tertidur dan selimut sudah dilemparkanya ke lantai, artinya sudah tidak kedinginan..
Alhamdulillah...

Semenjak kejadian tersebut, Bapak lebih patuh dengan semua jam makannya, ada satu hal yang mengganggu, Bapak selalu tersedak jika minum, awalnya mau kuberi sedotan, tapi kupikir-pikir sedotan itu juga langsung masuk ke tenggorokan Bapak, alternatif lainnya adalah sendok, dengan pertimbangam ada jeda jarak beberapa detik sebelum air masuk ke mulut Bapak, agar bisa bernafas dahulu, dan Alhamdulillah berhasil. Itupun Bapak mau nurut, memang hasilnya kamar becek minuman, tapi biarin sajalah, toh bisa dibersihkan. Banyak teman yang bertanya kenapa tidak disuapin, jujur jika disuapin memang semuanya menjadi lebih cepat, aku juga tidak repot bolak balik bersihkan kamar, tapiiiii aku ingin Bapak dinamis, agar tangannya difungsingkan.. Walaupuh ya itu tadi, terkadang tumpah...

Untuk urusan makan, Bapak termasuk yang gampang, namun terkadang justru aku yang kasihan jika menghidangkan masakan yang itu-itu saja.
Jogja sudah masuk musim penghujan, kemarin pagi aku bingung karena tidak ada yang jual sayur buat Bapak. Pilihan jatuh pada ikan kaleng, kucoba masak dengan ditambahkan bumbu ini dan itu yang ada dikulkas, dan hasilnya Bapak menghabiskan sarapannya dengan cepat, entah karena lapar, atau karena tau aku yang masak, sehingga takut untuk tidak memakannya, apapun itu Alhamdulillah..

Hal baru yang akhirnya aku lakukan adalah memberi pujian, jika Bapak kelar makan, ataupun hanya memberi tanda jempol jika Bapak mampu menghabiskan makannya. Hasilnya adalah senyum Bapak, bahkan tertawa sampai terlihat gigi ompongnya...

Tadi sore, jelang Maghrib kututup jendela kamar Bapak, sekaligus menyalakan kamarnya. Hidangan makan malam aku letakan di meja kamarnya.
Selesai sholat Maghrib, santai kulihat acara televisi, sembari buka media jejaring sosial, tiba-tiba Bapak memanggil. Bergegas aku masuk kamarnya, takut kenapa-kenapa, ternyata "Sesuk aku masakke maneh yo, enak soale, dadi tuman...", kata Bapak, dan aku meng-iyakan sambil keluar kamarnya, gak sadar air mata ini meleleh.. Pak, itu hanya sarden Pak, kalaupun enak ya memang sudah ada bumbunya, palingan aku hanya nambahin bawang merah, putih, cabe, daun jeruk, dsb.. Ahhhh Bapakku nrimo banget... Subhanallah..

Aku tidak pernah menyangka terkadang dari hal sesepele itupun sangat berarti, Ya Rabb, kumohon padaMu mudahkanlah hidup Bapak dan saat Kau panggil nanti, ijinkan Bapak tersenyum, bahkan tertawa memamerkan gigi ompongnya...
Terima kasih untuk amanah ini ya Allah.
Love You Pak...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?