Jika Ragu.. Tinggalkan.

Bagi pasangan berumah tangga, pastilah kehadiran buah hati atau momongan sangat dinantikan. Bukan saja hanya sebagai penerus keturunan, namun lebih dari itu, kehadiran momongan di tengah keluarga rasanya lebih memberi warna dalam rumah tangga. Ada banyak cinta, ada tanggung jawab, dan sebagainya.

Entah sudah berapa kali kami melakukan ihtiar, semua proses berusaha kami lakoni, dari medis sampai dengan tradisional. Suatu ketika sepulang dari jalan-jalan bersama istri malam Mingguan, kami dipertemukan kepada driver Taxi Onlen, dan dari beliau kami disarankan ke suatu tempat di wilayah Jogja Bagian Utara, konon katanya banyak yang manjur.

Namanya orang sedang ihtiar, pasti saat mendengar informasi semacam itu tidak mensia-siakan. Di Hari Minggu paginya kami bergegas mendatangi tempat yang dimaksud. Hanya mengandalakn bantuan GPS akhirnya kami berhasil menemukan tempat yang dimaksud.
Area ruangan terbuka dan disebelahnya terdapat area pemakaman. Ada sedikit keraguan saat hendak mau melanjutkan atau berhenti di tempat itu. Namun akhirnya kami sepakat melanjutkan, sambil mencari tau, seperti apa metode yang nanti akan diberikan.

Semakin siang semakin banyak masyarakat yang hadir, berusaha mencari "obat" ditempat tersebut. Dari yang datang karena sakit suatu penyakit, dan yang ihtiar momongan seperti kami. Masyarakat yang hadirpun dari berbagai daerah, serta golongan sosial. 
Acara dimulai dengan sejenis lagu-lagu pujian, sampai akhirnya sang pengobat hadir. Banyak yang meng elu-elukan, ada yang berebut sekedar salim, aku dan istri hanya duduk dan melihat, serta menikmati setiap proses yang ada.

Jujur, ada perasaan ragu untuk melanjutkan acara tersebut, karena hati kecilku merasa aku tidak sepemahaman dengan metode yang ditawarkan. Sayangnya mau pulangpun sudah kesusahan, kendaraan kami parkir pas ditengah-tengah kendaraan yang lain. Mau tidak mau harus menunggu selesai acara.
Semakin siang badanku semakin lelah, ditambah melihat ritual-ritual yang disuguhkan membuatku benar-benar berasa ingin pulang. Kami berdua hanya duduk dan menjadi pengamat. Bahkan lebih cenderung menjadi pasangan hore-hore saja. 

Sore hari jelang Maghrib acara selesai, kami pulang membawa berbagai macam yang konon disebut obat, serta air yang konon sudah diberi do'a.
Sampai dirumah badanku tumbang, rasa capek sudah tidak bisa aku bendung, begitu juga dengan istriku. Kami tertidur...

Saat tertidur aku bermimpi aneh, aku merasa seperti ditawarkan rantai (semacam kalung anjing), dan yang memberikannya adalah Sang Pengobat. Aku seperti ditawarkan untuk memakainya, kemudian aku bangun. Bangun dalam keadaan sadar dan tidak sadar.

Setelah kejadian tersebut hari-hariku berasa aneh, bukannya menjadi segar, aku semakin merasa kayak orang bangun tidur. Aku berasa jiwaku gak hadir. Gontai dan ganjil, bahkan ada rasa takut, sangat takut. 
Akhirnya aku diskusikan kepada istri, dan ternyata istri merasakan hal yang sama. Bahkan dia juga merasakan hal yang ganjil. Kami sepakat untuk membuang semua hal yang diberinya dengan Bismillah. Dan Alhamdulillah kami mulai kembali "hidup". Dan kami berjanji untuk tidak lagi-lagi mengunjugi tempat-tempat seperti itu...

Aku tidak pernah menghakimi siapapun dalam mencari kesembuhan atau ihtiar mencari keturunan, namun sayangnya kami berdua tidak yakin dengan apa yang kami baru saja jalani. Siapapun yang sedang sakit pastilah ingin segera mendapatkan kesembuhan. Aku bisa memaklumi dan merasakan betapa ada rasa menderita saat sakit, siapa juga yang gak ingin segera sembuh? Pasangan yang belum punya anak pasti akan ihtiar, namun semua adalah pilihan.
Kata Hadits, Jika Ragu mendingan tinggalkan.... Dan itu yang kami pilih. Untuk meninggalkanya.

Tidak perlu bertanya dimana tempat yang kami tuju kemarin, yang jelas ini suatu perjalanan yang sangat berharga buat kami. Semoga Allah SWT mengampuni dosa kami, jika apa yang kami lakukan kemarin ada unsur musyrik di dalamnya. Ampuni kami Yaa Rabb..

Teruntuk pasangan yang sedang berjuang mencari keturunan, yakin saja kepada Sang Pencipta, jika dari medis sudah dinyatakan semua baik, mungkin saatnya perbanyak ibadah, sedekah, dan berdoa, agar kita layak diberikan amanah momongan. Karena yang terbaik versi Allah-lah yang terbaik bagi kita.

Salam...


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?