Pilah dan Pilih

Media sekarang2 ini sedang memberitakan seorang artis yang meninggal mendakak. Tidak begitu kenal dengan yang diberitakan, namun yang aku baca dia sosok yang sayang dengan istri dan juga sayang sama anaknya. Bahkan dia sosok yg suka dermawan.
Cukup sampai situ?
Saya kira iya. 
Lebih bagus cukup sampai disitu, mengenang dan tau betapa yang meninggal adalah sosok yang baik.
Gak perlu berusaha mencari-cari aib orang lain, apalagi yang sudah tiada.


Hari ini aku ngantor naik Taxi Onlen. Pertimbannya adalah badan gak enak, dan kebetulan ada orang meninggal tepat di pintu masuk jalan ke kantor, sehingga aku gak mungkin bawa Qubik. 
Driver yang mengantarkanku adalah sseorang mahasiswa yang katanya tinggal menunggu wisuda. Asli Jakarta, dan kuliah jurusan Bahasa Indonesia.
Kenapa ambil Bahasa Indonesia, kata dia agar bisa kerja di luar, kalo tidak Jepang ya Australia. 
Menarik ya..
Karena kata dia Bahasa Indonesia, termasuk mulai wajib dipelajarai di kedua Negara tersebut. Menurutku pola pikir dia cukup out of the box. Kalo belajar Inggris, palingan kerja disini-sini saja, atau kerja di bidang yang sama di sini cuman bedanya kerjanya Di Luar Negri. Paham gak maksudku? 

Kami diskusi akan banyak hal, tentang harapan dia, cita-cita dia dan sebagainya. Sampai akhirnya sampai di kantorku. Uniknya dia bilang percakapan kami masih seru, sooo?? Dia bablaskan lagi mobilnya untuk akhirnya ketemu lagi di jalan kantorku. Hahaha sinting!

Melewati barisan tamu takziah aku sempat berpikir. Jika ada prosesi pemakaman seperti itu, apa yang sebenanrya ditakutkan?
Ketakutanmu apa gaes kalo boleh tau?
Dalam benakku yang paling menakutkan adalah perasaan kesepian. Kesepian ditinggalkan, kesepian dalam suasana keramaian. Sungguh perasaan yang tidak enak. Yang paling berat itu saat semua tamu sudah pulang, rumah kosong, hening...

Pulang kantor, kembali naik Taxi Onlen, dan drivernya beda type yang pertama. Yang ini hobby-nya mahal. Hobby Mobil antik sekelas VW. Dengan bangga dia perlihatkan semua koleksi mobilnya. Sambil nyetir sesekali show off ponselnya yang berisi foto-foto mobil kebanggannya. Keren sih menurutku. Aku juga gak peduli itu beneran mobil dia atau bukan, gak penting!! Nikmati saja!

Tiba-tiba dia bertanya usiaku?
Dan basi ketika aku ajukan dia kusuruh menebak. Dan dijawabnya
"35 Tahun!!" Ahaii fix nanti aku kasih tip 😆😆😆
Ternyata kami beda 10 tahun.
Dia bilang 
"Wajar donk kalo saya belum menikah".

Hehe saya senyum.
Panjang saya katakan ke dia.
"Saya termasuk menikah usia telat, tapi saya tak pernah merasa jika seseorang itu menikah lebih baik dari yag tidak menikah dan juga sebaliknya".
"Bagi saya, paling tidak saya menjalani semua fase kehidupan, jadi anak, dewasa, sekolah, sarjana, menikah, semoga jadi ayah, finally meninggal, jadi lakonnya sudah komplit"
"Tapi saya gak akan pernah ambil pusing dengan pilihan orang lain, menikah atau tidak itu pilihan masing-masing, karena setiap pilihan itu mengandung konsekwensi jadilan orang baik, dengan atau tanpa menikah"
"Toh pada akhirnya nanti semua orang akan sendiri, kesepian, dan mati".
Dia tertawa dengan penjelasanku.
Entah setuju entah dia bingung, dia menganggukan  kepala..


Yess  belok kanan itu rumah saya....

(Kadung Trisna Kidung Asmara)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?