Bapakku (lagi...)

Kondisi fisik seseorang berbeda satu dengan yang lainnya. Ambil contoh Big Boss-ku, beliau sudah 82 tahun, akan tetapi secara fisik masih cukup mengagumkan. Fisiknya masih terlihat kuat, daya ingatnya masih bagus, walaupun indera pendegaranya mulai berkurang. Aktifitas senam dan juga yoga masih sering beliau jalani, dan itu salah satu aktifitas yang membuatnya terlihat bugar, untuk masalah kepikunan, aktifitas membaca yang sering beliau jalanilah yang mempertahankan daya ingatnya.

Berbalik dengan Bapakku, berbeda 10 tahun dari Big Boss, Bapak terlihat sangat renta. Bapak yang dahulu kalo berbicara lantang, suaranya semakin lirih, saking lirihnya sering kali aku terlambat ke kamarnya, saat malam dia memanggil namaku yang sudah terlelap dalam tidur.
Begitulah akhir-akhir ini, raga rentanya sepertinya sudah lelah menyangga tubuhnya. Sering kali untuk sekedar bangun alih-alih mau duduk bukan perkara mudah baginya. Bahkan sering kali karena kondisinya, untuk menuju kursi toilet sekedar pipis, sudah keburu keluar dan membasahi lantai.
Pasti sangat sedih melihat kondisinya, berusaha membesarkan hatinya juga sudah bukan perkara mudah lagi..
Ditambah dengan tatapan kosong yang akhir-akhir ini dia tunjukkan, semakin mengiris perasaan ini.

30 Tahun kami hidup bersama, bukanlah waktu yang singkat. Walaupun bukan Bapak kandung, tetap aku merasa bahwa aku seperti sekarang sedikit banyak karena pengaruh cara Bapak membesarkanku. Pastinya tidak ada sosok Bapak yang sempurna dalam mendidik anaknya, tetapi bukan berarti beliau tidak memiliki nilai kebaikan dalam cara mendidik.
Jika dulu hubunganku dengan Bapak kurang dekat, sekarang aku merasakan betapa apapun itu, beliau memberikan cinta, dan kasih sayang padaku.

Jika pagi, saat kubuang kotorannya, sering kali melegakan saat melihat ember penampungan kotoran Bapak masih selayaknya kotoran biasa. Sedikit trauma dengan Ibu dulu, dimana hari-hari terakhirnya mulai mengeluarkan kotoran berwarna hitam.
Saat malam berhiaskan rasa khawatir akan kondisi Bapak, saat beliau berguman lirih ataupun terbatuk kecil sudah sangat melegakanku. Itu artinya beliau masih bernafas, dan ini adalah hal yang sangat tidak menyenangkan kulalui dalam malam-malamku. Saat bekerja di kantor, hal serupa berada dalam pikiranku, takut akan hal-hal yang tidak diinginkan.

Hebatnya Bapak, hal yang sering dia lakukan adalah sholat (dengan caranya), ibadahnya bagus. Meski untuk bangun susah, akan tetapi Bapak mampu menggerakkan badannya saat sholat untuk menghadap ke Kiblat dan menunaikan ibadah sambil duduk di kasurnya. Aku yakin Allah SWT selalui melindungi Bapak.

Apapun itu, siap tidak siap, tetap harus ikhlas..

Ya Allah Ya Rabb, Engkaulah Dzat yang mampu dan memiliki kuasa kepada kami ciptaan-Mu. Hamba mohon, mudahkanlah hidup Bapak, dan juga mudahkanlah saat Bapak menghadapMu kembali.. Amien Ya Rabb...

Komentar

  1. tetap semangat merawat bapak yaa..semoga kelak anakmu merawatmu dengan lebih baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudah selesai mas amanah dari Allah tersebut sdh kembali padaNya... Makasih sudah singgah.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?