Selimut usang Bapak...

Terkadang tanpa menyadarinya, bahwa barang yang tidak terpakai (atau hanya tersimpan), memiliki arti lebih bagi orang lain yang membutuhkan, bahkan keluarga. Setidaknya ini pengalamanku hari ini.

Pernah kuceritakan betapa rumah dulu penuh dengan berbagai piranti pecah belah yang alm.Ibu kumpulkan. Aku masih ingat, terkadang barang-barang tersebut didapatkan beliau dengan cara arisan. Hasilnya sekarang aku yang sering mempergunakannya.
Alasan beliau kenapa banyak menyimpan barang-barang pecah belah yang menurutku hanya nyusuh belaka adalah : konon jaman dulu, suatu rumah tangga itu seyogyanya memiliki beberapa barang pecah belah, dengan harapan suatu saat nanti jika memiliki hajat, tidak perlu merepotkan dengan meminjam kemana-mana. Hal tersebut tentu saja dikarenakan tidak seperti jaman sekarang yang dengan mudah menemukan jasa pinjam peralatan.
Cukup masuk akal..

Hari Minggu ini seperti biasa kumulai dengan memandikan Bapak.
Jujur mata ini masih teramat kantuk, disebabkan Bapak yang tersedak (lagi) jelang dini hari tadi. Sudah kuingatkan berkali-kali agar menggunakan sendok saat ingin minum, guna menghindari tersedak, namun ya namanya sudah sepuh (sehingga lupa) atau mungkin keburu haus, jadilah tenggak langsung dari gelas, dan hasilnya adalah jam 2.30 dini hari aku harus lari terburu ke kamarnya begitu mendengar batuk yang menjadi jadi dan menenangkanya dari penderitaanya.
Acara mandi pagi ini kuakhiri dengan potong kuku tanganya, busyet dah sudah seperti Bima aja kukunya, mending kalo Wolverine kan baja anti karat tuh.
Fuhhhhh, yang namanya memotong kuku Bapak itu luar biasa harus telaten, kukunya tebal-tebal, dah gitu keras gilak... Jadi harus benar-benar sabar tuk memotong selapis demi selapis agar bisa terpotong rapi.
Dannnnn, saat sudah rapi sepertinya lucu juga kalo dikutek, ayo Be pengen warna apa? Pink? Merah ndangdut? Ijo pupus? Atau Ungu janda kembang? Hahahahahha #PLAKKKKKKK!

Hari-hari ini Jogja diliputi dingin dikarenakan hujan turun tiap hari. Berkah air hujan berdampak kepada Bapak yang berasa kedinginan sangat. Pagi tadi, kelar sarapan Bapak minta untuk diberikan selimut merah kesayanganya, karena tiap Minggu baik sprei, sarung, ataupun selimut kuganti tuk kucuci.

Bagiku selimut merah milik Bapak itu sudah layak disebut gombal usang, tipis, dan terkoyak-koyak, kata Bapak, itu adalah selimut yang diberikan sebagai kenang-kenangan saat pernikahannya dengan alm.Ibu. #So sweettttt, tapi juga so cooolddddddd, ha wis tipis ngono je...

Tiba-tiba teringat bahwa aku masih punya selimut tebal yang jarang kugunakan (bahkan nyaris tak pernah kupakai), sejak aku memilih bedcover sebagai penggantinya. Kucoba beri pengertian bahwa selimut merahnya sudah sangat rapuh dan tidak hangat, akhirnya Bapak mau dan senang dengan selimut hijau-ku.
Gusinya terlihat saat tertawa dan mengatakan betapa selimutnya hangat dan lembut sekarang *padahal bagiku itu selimut panas banget jika dipakai,..

Apapun itu, ternyata kali ini aku punya benda yang tidak begitu penting buatku, namun berguna buat Bapak..

Kutinggalkan kamarnya setelah kuselimuti badan kurusnya dengan selimut hijau tersebut. Hanya melihat senyum menghiasi tidurnya sudah membuatku sangat senang.

Met ngaso Pak, ojo diompoli yo selimute, soale kuwi kandel, musim udan, le garing suwiiiii.. Hehehehehehe





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?