Warna warni.. (masih seputar Bapak).

Beberapa orang bertanya tentang bagaimana merubah pola pikirku dalam mensikapi Bapak yang sudah sepuh, ada juga yang kurang setuju dengan caraku memperlakukan beliau. Apapun itu aku apresiasi dengan baik semua komentar yang masuk pada blogku ini. Terima kasih sudah mau membacanya.

Aku memang tidak paham akan ilmu psikologi, atau hal sejenisnya. Yang kulakukan kepada Orang Tuaku saat ini (terutama Bapak, karena Ibu sudah meninggal), hanyalah mengamati perilaku keseharian beliau. Jika ditanya letak merubah pola pikir kita yang lebih muda dimananya? Sekali lagi itu hanyalah tindakan yang kulakukan sehari-hari akhir-akhir ini.

Aslinya, aku orang yang jijikan. Bahkan awal pertama merawat mereka selalu berasa mau pingsan saat harus membersihkan kotoran dan sebagainya. Jika pola pikirku masih sama, mungkin sampai detik ini semua itu menjadi penderitaan. Namun kembali lagi pola pikirku yang kurubah, menerima bahwasanya justru dengan masih mengeluarkannya kotoran yang dilakukan Bapak, artinya beliau masih sehat. Bahwa saat Bapak ngompol dikasur sekalipun, itu pertanda masih berfungsinya organ yang dia miliki, tidak harus menggunakan kateter yang pastinya akan menyakitinya. Cukup lapisi dengan Vinil di atas kasur, baru diberi sprei. Kenapa bukan perlak? Karena menurutku perlak itu panas.

Aku juga pemarah. Banyak hal-hal yang akan mudah menaikkan emosi-ku, terutama dengan masalah kerapian. Itu dulu, sekarang aku berusaha mengkesampingkan hal tersebut, lagi-lagi aku yang harus mengubah pola pikirku. Untuk memegang gelas, sendok, bahkan bangun dari tidur saja membutuhkan tenaga yang cukup besar baginya saat ini. Sehingga wajar jika beberapa kali berusaha menyuapkan nasi ke dalam mulutnya, sering kali sebagian tumpah. Tumpahan nasi adalah hal yang paling aku benci, terutama jika terinjak kaki. Hiyaksssss, menyebalkan sekali.
Sadar akan itu semua, sehingga sekarang bukan lagi masalah untukku, bahkan sering rasa syukur ini muncul melihat Bapak masih bisa melakukan hal tersebut. Hasilnya terkadang kerapian sudah kulupakan hahahaha..

Banyak yang kurang sependapat dengan cara yang kuterapkan diatas, misalnya kenapa tidak aku saja yang menyuapinya?
Hampir 24 jam, waktu yang dimilikinya hanya di kamar, jika semua hal aku bantu, betapa lama kelamaan syaraf-syaraf yang dimilikinya lambat laun tidak bekerja dengan baik. Aku hanya ingin melihat Bapak tetap bisa melakukan aktifitasnya, meski sangat terbatas.
Sebenarnya memang sangat praktis jika aku menyuapinya, menghemat waktu, dan juga menjaga tetap bersih kamarnya. Tapi aku justru memilih untuk membiarkanya makan sendiri walaupun kamar menjadi kotor akan tumpahan makanannya.
Namun jika ada yang tidak sependapat denganku, itupun tidak masalah.

Beberapa kali kejadian yang kualami, akhirnya membuatku menjadi "kreatif" dalam mencari cara terbaik untuk kenyamanannya.
Saat raganya semakin lemah, acara mandi di kamar.
Awalnya menjadi kumuh sekali, kamar penuh genangan air, dan harus ngepel. Sekarang, kumandikan beliau dengan washlap yang setengah basah, bahkan basah benar, dengan harapan agar lebih bersih dibanding hanya washlap yang diperas kering. Dan hasilnya lumayan..

Untuk urusan minum yang seringkali membuat siksaan buatnya (karena tersedak) juga bisa diminimalis. Awalnya kuberi sedotan kepadanya, namun ternyata sedotan juga mengarah langsung ketenggorokannya, sehingga kuputuskan menggunakan sendok. Pertimbanganku sederhana, jika menggunakan sendok ada jeda dimana Bapak mengambil minumannya dan ada waktu mengatur nafas saat berusaha meminumnya, sehingga mengurangi resiko tersedak yang seringkali menyiksanya. Apalagi jika minum yang berasa masih panas buatnya, sendok sangat membantu. Dan hal tersebut tidak bisa digantikan dengan sedotan.

Jika kita sudah berusaha sebaik mungkin merawatnya, apakah semua beres? Ooo tidak, kesabaran tinggi dibutuhkan. Aku bukannya sabar, sesekali terkadang aku juga marah. Namun berusaha tidak menampakan saat di depannya.
Suatu ketika jam 00.15 Bapak terjatuh pas diantara dipan dan mejanya. Secepatnya aku berusaha membantu beliau naik, tangan kananya diulurkan ke arahku, sepontan aku tarik tangan kananya sambil kupegang pinggangnya. Bapak bisa kembali di tempat tidur, dan kembali beristirahat.
Jam 2 dini hari beliau memanggil, dalam kantukku berlari ke kamarnya, takut jika beliau terjatuh lagi, ternyata tidak. Pasca kejadian jatuh tadi, bapak belum bisa tidur.
Bapak mengatakan "tanganya sakit, soalnya tadi kutarik..".
Nah lo, bisa saja waktu itu aku teriak dan berkata "halloooo Bapak itu jatuh, makanya tak tolongin...". Namun apa iya harus seperti itu? Hehehehe.
Yang ada aku mengelus dada dan mengatakan dengan selembut mungkin bahwa tadi bapak terjatuh, maaf membuat tangannya sakit, karena aku tarik.
Dan ajaibnya ternyata beliau berubah berkata..
"O iyo ding, tadi aku jatuh...", dan tak lama kemudian langsung tidur, meninggalkanku di kamarnya dalam keadaan bingung sendiri, gak bisa ngomong apa-apa, dan tandukku masuk kembali dengan cantik.

Untuk urusan makan seperti yang kubilang, Bapak gampang banget. Akhir-akhir ini sering minta nasinya sedikit saja, namun jika benar-benar kuberi seperti yang dimintanya, pasti Bapak bilang kurang banyak. Hahahaha
Bingung khan?
Akhirnya sering kusiapkan nasi terpisah dari lauknya, dengan ukuran yang banyak (versi Bapak), dengan harapan jika kurang bisa mengambilnya sendiri, dan jika sisa tidak mubazir dikarenakan di wadah yang beda.
Simple kan? Hehehehe...

Ya begitulah Bapakku, hari-harinya memberi warna beda dalam hidupku sekarang. Terkadang penuh kejadian yang "menakjubkan", tidak perlu ditanggapi seperti drama, cukup dijalani seperti adanya.

Love You Pak, maaf untuk semua kekuranganku...

Sekali lagi terima kasih yang sudah mampir di blog-ku..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?