Statusku...

Beberapa kali ada kawan mengirim pesan dengan berbagai macam hal. Awal kalimat sapa selalu dengan basa-basi indah, dan diakhiri dengan keluhan akan banyak hal. Semua itu bagiku manusiawi.

Ada beberapa yang merasa lelah karena kerjaanya, terkadang berpikir, bukankah lebih lelah saat mencari pekerjaan? Bukankah kita bekerja itu demi gaji atau upah hasil dari lelah? Atau memang ada pekerjaan du dunia ini yang dilakukan tanpa harus lelah?

Mungkin banyak orang menilaiku hanya dari wall-ku yang penuh dengan fotoku ceria habis, seolah tanpa masalah. Saat ada pujian seperti itu anggap saja suatu do'a, sehingga cukup di-amin-kan.

Namun tahukan kamu bahwa aku ini manusia biasa yang terkadang sedih bahkan meng-galau-gilak *cieeee bahasakuuuu...

Memang tidak banyak yang bisa memahami saat aku menuliskan status di Facebook-ku, jangankan teman biasa, bahkan kawan terdekatpun sering kali tidak paham akan situasi tersebut. Prinsipku adalah, terkadang kesedihan itu bisa menjadi hal yang menggemberikan saat sudut pandang dan pikiran, kita rubah sedikit.. Terdengar aneh kan?
Lagian hidup masing-masing orang sudah penuh dengan berbagai permasalahan, jika semua diumbar di media sosial, betapa membosankan. Jadi, lebih baik membuat tentang ironi dalam bentuk canda..

Pernah suatu ketika kutuliskan tentang hal yang menggalau, rata-rata yang mengomentari selalu mendo'akan. Alhamdulillah, tapi kadang ada pula yang melihat dari sisi lain sehingga berkomentar "pedas".
Saat membaca komentar pedas, pasti kaget dan terkadang jengkel. Halloooooo aku lagi galauuuuuu friendddd, plissssss kasih bahu untuk bersandar plissssssssss hahahahahaha.
Tapi biasanya itu hanya beberapa detik dan jengkel itu hilang, berusaha mencermati kalimat dalam komentar dengan bijak, sehingga sampai di satu titik.

Terkadang yang mendo'akan (walaupun itu tidak salah) justru semakin membuatku tambah meratapi nasib, dan yang pedas justru menamparku untuk segera bangkit, kembali melangkah bahkan berlari *jika mampu membawa berat badanku qiqiqiqiqi... Itu semua kuyakini sebagai bentuk dukungan dari teman-teman terkasih.

Aku paling tidak suka drama dalam suatu hubungan pertemanan, karena intrik yang ditimbulkan sering kali menggiring kepada hal yang tidak objektif dan tidak masuk akal.

Kesannya aku seperti tidak memiliki rasa empati ya? Itu aku kembalikan kepada masing-masing pihak yang menilai. Yang jelas, sudah bukan waktunya menjadi pahlawan kesiangan. Semua orang punya kehidupan dengan permasalahan yang harus dihadapi, dan jika hanya mengeluh, mungkin aku bisa jadi juara pertamanya, tapi apakah keluhan itu akan menyelesaikan masalah?

Saat tertentu aku lebih suka menangis, melampiaskan banyak hal.
Di kamar, sendiri, gak ada orang, harus ada cermin.
Karena pas nangis itu bisa menjadi acara ngakak sendiri saat melihat wajah gantengku berubah menjadi muka jelek di depan cermin *yoben to ngalem diri sendiri...

Jangan pernah mencoba nangis di tempat dugem! Yakinlah kamu dikira mabok ganja, atau di terminal, pasti terlihat seperti kerampokan.
Atauuu, jangan mencoba-coba di tempat prostitusi, pasti terlihat konyol cuman dapat mbak mbak gratisan hahahahahaha...

Niteee...

Jogja, Jum'at nan dingin..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?