Yakin Mulutmu Harimaumu??

Pernah mendegar pepatah "mulutmu adalah harimaumu" ?
Secara arti umum aku memahaminya, tapi terkadang otak koplakku suka bertanya, apakah arti sesungguhnya kata tersebut? Mungkin seseorang yang berbicara lantang pada suatu pagi tanpa gosok gigi, sehingga mengeluarkan aroma mulut yang tak sedap layaknya harimau makan bangkai tikus.
*sajak selo uripe, mikir macan ra sikatan, hadahhhhh....

Sejak kecil aku gemar membaca buku, novel, majalah (tapi bukan buku pelajaran, harap digaris bawahi, jika perlu tebalkan dengan stabilo ijo pupus). Bagiku buku itu membuka imajinasiku melayang kemanapun aku ingin tuju. Oleh sebab itu, sering kali kurang sreg saat buku atau novel karya penulis hebat, menjadi bestseller dan kemudian dipindahkan menjadi Film.
Alasanku karena lebih pada saat melihat film, merasa digiring kepada gambar bergerak dengan tampilan yang sudah ada, sehingga imajinasiku akan tempat terkadang tidak se "wow" dengan hasil sebuah gambar di film.
Derita itu ditambah jika tokoh di dalamnya sangat tidak sesuai dengan tokoh imajinasiku. Ayat-ayat cinta misalnya, kenapa Fedy Nuril yang didaulat memerankan tokoh Fahri, padahal imajinasiku adalah cerita itu seperti cerita Nabi Yusuf yang luar biasa tampan, sehingga menjadi tokoh yang layak diperebutkan.
Memang tidak mungkin mencari sosok aktor yang sempurna seperti harapan semua orang, tapi minimal cari yang lebih charming lah..
Contoh : Awang Purnawan...
PLAKKKKKKK!!!!
#Gampar diri sendiri.

Bukan saja buku bacaan bermutu, bahkan buku gak jelaspun dulu sering kubaca. Saat dibangku SD sebangsa Bobo, Ananda, dan sebagainya kulahap, bahkan karya HC.Anderson.

Menginjak SMP aku mulai suka membaca komik sebangsanya Chinmi (Kungfu Boy), sampai dengan Wiro Sableng, bahkan stensilan #iyaiii
Jaman SMP yang namanya stensil-an, karya Any Arrow itu nge hits banget. Bukunya kecil, seukuran komik.
Kertasnya dari bahan yang murah meriah, tapi isinya fantastis. (era 90-an pasti kenal dengan kitab tersebut hahahai). Yup, itu buku porno! Dari halaman satu sampai akhir isinya kalo gak ahhhhhh, uhhhhhh, dan ssshhhhhh. Gitu-gitu doank isinya (kadang aku baca ngumpet di kamar hanya dengan diterangin senter hahahaha, takut ketahuan). Seringnya dapat novel murahan tersebut dari meminjam kawan, itupun harus antri dan dengan lembar-lembar halaman yang terkadang lengket ajaib.
#iyakssssss

PW (Posisi Wuenak) saat membaca adalah dengan tiduran. Saking uenaknya sampai seringkali buku akan berpindah di lantai saat tangan sudah tidak fokus memegangnya, dan molor pulas. Kebiasaan membaca sambil tidur ini yang dulu sering membuat alm.Ibu Angkatku "bernyanyi" melengking layaknya penyanyi di sebuah pertunjukan Opera. Dengan nasehat (yang basi, bagiku saat itu) karena bisa merusak mata. Baeklahhh...
Dan seperti biasa, seperti angin lalu... Lewatttt...
Menginjak bangku SMEA mulai suka karya Sidney Sheldon dan sejenisnya, kalaupun komik City Hunter sampai Doraemon. Kebetulan mbak In waktu itu kerja di Toko Buku Sari Ilmu, jadi urusan buku dan komik lancar jaya...

Rata-rata orang yang demen baca menggunakan kacamata, salah satu hal yang paling tidak kusuka. Jika sudah demikian pasti akan ada nama julukan bagi para kutu buku tersebut.
Julukan Nobita (tokoh dalam komik Doraemon yang berkacamata) akan meluncur dari mulutku untuk memberi panggilan pada orang tersebut.
Dan sekarang??
Yup, aku salah satu Nobita itu.. Hiks..
#mulut harimau part 1.

Duduk di bangku SMEA berat badanku hanya 50kg, dengan tinggi 170cm. Berhubung masih senang dengan kegiatan tari, dengan berat dan tinggi tersebut justru sangat mendukung aktifitasku.
Namun kelamaan berat badan itu tidak juga beranjak, padahal tinggiku merangkak (mesti pelan hahahaha). Seringnya memohon do'a agar dikabulkan memiliki badan ideal 60kg saja agar terlihat lebih berisi, namun jangan terlalu padat juga, karena jika terlalu gemuk akan menjadi "Si Gendut" seperti julukanku pada orang-orang yang memiliki berat badan over di mataku.
Dan hasilnya adalah, beratku kini 68kg, aku salah satu "Si Gendut" tersebut...
#mulut harimau part 2.

Mbak In adalah kakak tertuaku.
Sejak kecil dia diasuh oleh sepasang Suami Isteri yang sering kami panggil PakWo dan SimbokWo. Sama denganku, predikat anak tunggal disandangnya ketika menjadi anak angkat, dikarenakan pasangan tersebut tidak memiliki keturunan. Persoalan menjadi berubah saat PakWo dan SimbokWo beranjak tua dan sakit-sakitan.
Masih teringat dibenakku, betapa mbakku yang satu ini semasa mudanya sangat jarang keluar, karena memang Bapak dan Simboknya cukup keras mendidik dan juga menjaga anak perempuan kesayangan satu-satunya tersebut.
Manusiawi jika akhirnya perasaan lelah dan jenuh menghinggapi saat capek mengurus kedua orang tuanya.
Alih-alih sekedar refreshing, terkadang mbak In sering tidak nyaman saat merasa sudah pergi terlalu lama, hal tersebut semakin menjadi-jadi tatkala kondisi fisik Orang Tuanya makin renta.
Berhubung seringnya mbak In jalan denganku, sehingga rasa tidak nyamannya menularkan padaku. Jika dia tidak nyaman kepikiran rumah, kalo aku tidak nyaman karena dibuat gusar dengan tingkah mbakku yang menjadi tergesa-gesa dan kemrungsung.
Sebenarnya aku cukup memakluminya, namun kadang jadi dongkol saat sudah nyaman, tiba-tiba diajak pulang.
Dan semua hal yang pernah dirasakan mbak In, kini aku benar-benar mengalaminya. Bahkan kurang lebih sama.
#mulut harimau part 3.
Pistollll mana pistolllll!!!? Tembak sisan kowe cannn macan hahahahaha...

Bukan suatu kebetulan jika akhirnya semua hal yang kita ucapkan menjadi berbalik mengenai diri kita sendiri.
Dibutukan kreatifitas dan bijaksana dalam melihat hidup dan kehidupan orang lain, dan kehidupan diri sendiri.
Akhirnya bisa "nepakke" ke diri sendiri, jika suatu hal yang tidak kita sukai, kita ucapkan, justru mengenai diri sendiri. Dan seperti pukulan telak.

Pertanyaan timbul, akankan aku berhenti mengeluarkan omongan sumpah serapah? Cukup aku sendiri yang tau, karena ke tiga hal yang kutulis diatas mungkin baru segelintir dosa-dosaku.

Jika sudah begini jangan salahkan harimau, tapi salahkan mulutmu hahahaha..

Nite.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?