AKU , DIA, dan DIRINYA

       Seorang kawan pernah bercerita pernah membaca pepatah China yang mengatakan “ Jodoh itu membingungkan, disaat sedang jomblo, seakan semua pintu tertutup rapat, sehingga tidak satupun yang bisa ditemui, disaat sudah memiliki pasangan seolah pintu terbuka lebar, sehingga banyak jodoh-jodoh lain yang berdatangan lagi…” Boleh percaya, boleh tidak, itu kata kawanku.

                Pribadi yang baik, menyenangkan, sedikit angkuh dan juga “smart” adalah sosok idamanku. Dalam urusan percintaan, hubunganku tidak begitu mulus. Selalu berliku dan penuh drama. Hingga suatu ketika waktu dan saat yang tepat mempertemukanku dengan  Dia.

               Bagiku, Dia adalah sosok yang menyenangkan, santun, rapi, smart, dan yang pasti tidak malu-malu-in ketika diajak jalan jalan ke Mall-lah. Pertama kali kenal perasaan yang timbul adalah kagum, kami sering berdiskusi tentang banyak hal. Dan itu membuat kekagumanku berubah menjadi simpatik, dan kemudian timbul rasa sayang, berakhir dengan cinta. Dalam perjalanan itu, aku merasa Dia adalah sosok yang sangat tepat bagiku. Waktu berlalu dan sering kuhabiskan denganya. Semua hal akan selalu bisa kuceritakan padanya. Dia sosok penurut.

            Seperti pribahasa China diatas, seiring berjalannya waktu disaat hubunganku dengan Dia sudah berjalan, tidak disangka aku kembali bertemu dengan sosok lain. Dirinya sama-sama pintar, menarik, namun agak berbeda, yang ini angkuh dan bukan penurut. Keangkuhanya membuatku tergoda untuk menyelami dan ingin tau lebih. Namun sungguh sial, disaat aku benar-benar kenal dengan Dirinya, yang ada timbul rasa suka dan sayang padanya.

                Walhasil aku mendua, pada awalnya semua aman terkendali dikarenakan baik Dia dan Dirinya tidak mengetahui kalo aku mendua, hingga pada suatu ketika Dirinya mengeluarkan pertanyaan dan akhirnya aku harus berkata jujur kepadanya bahwa aku memang sudah memilki orang lain sebelumnya.

                Sebagai manusia biasa Dirinya pasti kecewa, dan itu tampak dari raut mukanya begitu tahu dan mendengar jawabanku. Aku hanya berusaha jujur, jadi keputusan untuk menjawab apa adanya aku sampaikan, dan siap dengan konsekwensi ditinggalkan. Aku memang lebih suka ditinggalkan, daripada meninggalkan, dikarenakan rasa bersalah lebih sedikit ketika aku yang ditinggalkan.
Namun luar biasa, Dirinya ternyata tetap mau menerimaku dengan konsekwensi di-duakan. Dirinya siap dengan semua hal, dan berjanji akan mencoba menjalaninya.

                Perjalanan waktu membuktikan lain, perasaanku sama kepada ke-duanya. Ada Sahabat yang sering bertanya kok bisa seperti ini, namun selalu kujawab bahwa aku memang “pintar” memasukan file-file pada kotak masing-masing, sehingga ketika dengan Dia aku membuka File A, dan ketika dengan Dirinya, aku membuka kotak B, aman. Namun manusia tetap saja manusia, masalah waktu aku tidak pernah kerepotan, hal itu dikarenakan aku bukan type orang yang harus “ngapel” pada malam Minggu, sehingga semua kebagian rata.  Yang jadi masalah ketika Dirinya lama-lama sudah meminta statusnya menjadi yang Pertama, dan tidak yang Kedua. Nah ini yang jadi masalah.

Sebenarnya dalam kamusku tidak ada sosok yang diutamakan dari keduanya, namun Dirinya lama-lama tertanggu dan meminta jadi Yang Pertama. Pastinya itu bukanlah perkara mudah bukan, karena menurutku hanya kebetulan saja aku dan Dirinya bertemu setelah keberadaan Dia.

Pernah Dirinya benar-benar marah dan mengatakan “Sebenarnya walopun telah menerima posisi dan kondisinya, namun dari lubuk hati yang paling dalam jujur tidak rela jika harus berbagi”.
Kalo sudah begini akhirnya aku yang mengalah, aku sarankan dia untuk mencari sosok lain yang lebih baik dari aku, yang jomblo pastinya, sehingga bisa menjalin hubungan yang lebih baik, namun dengan catatan jangan pernah ketahuan olehku jika dengan orang lain, kecuali ingin terjadi baku hantam hahaha…  Dalam perjalanan waktu ternyata hal tersebut reda dengan sendirinya. Sahabatku seringkali bilang
“Kok bisa ya Halimah dan Mayank Sari akur…”’ kalimat itu terlontar ketika aku mengajak sahabatku, Dia, Dirinya dan Keluarga besarku sesekali kumpul-kumpul.

Yang jelas aku jujur, tapi tidak setia….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?