SOMBONG itu UNIVERSAL

Mbak Yah dan Mbak Mul adalah dua bersaudara, keduanya kakak beradik namun memiliki sifat yang bertolak belakang, MBak Yah pribadi yang keras dan sombong, sedangkan Mbak Mul lebih kalem dan rendah hati, bahkan terkadang rendah diri. Kesamaan dari kedua orang bersaudara ini adalah memiliki sifat pekerja keras, dan juga pekerjaan yang sama pekerja rumah tangga (pembantu).

Mereka sudah berumah tangga, Mbak Yah bersuamikan kuli bangunan, sedangkan Mbak Mul bersuamikan tukang becak.  Mbak Yah dikaruniai 2 orang anak, Mbak Mul 1 orang anak. Di lahan kosong pinggir sebuah perumahan mereka mendirikan bangunan bersebelahan.

Meskipun hidup di garis ekonomi tergolong susah, kakak beradik ini sering bersinggungan dengan yang namanya KDRT, dimana sang kakak Mbak Yah sering menganiaya adiknya dengan kata-kata pedas yang bisa menusuk dada sampai ke ujung jantung, demikianlah kejamnya kata (cieh…).

Selalu ada kesombongan yang diceritakan oleh Mbak Yah pada adiknya, pernah suatu kali dia membanggakan majikanya yang tidak pelit, yang sering memberinya ini dan itu serta anu. Sedangkan adiknya hanya mendapatkan majikan yang biasa-biasa saja, belum lagi membanggakan anaknya yang sekolah di SMP Negeri, sedangkan ndilalah anaknya Mbak Mul yang tidak pinter dan sekolah di SD swasta. Hari demi hari hidup berdampingan dalam suasana persaingan tidak sehat. Hal yang tidak disuka adalah seperti dalam dongeng sinetron, Mbak Mul ini sabar banget dan sangat nrimo, seolah tidak ada perlawanan.
Secara awam kedua orang ini kehidupanya tidak begitu berbeda, sama-sama menempati rumah berbilik bamboo, tanpa listrik. Pemandangan yang ada dirumahnya hanya kalender yang dipasang di dinding bamboo dengan lidi. Artinya sama antara satu dan lainnya. Bahasa kasarnya sama-sama susah.

Cerita tentang kehiduapn mereka itu aku dapatkan dari sahabatku yang kebetulan tinggal tidak jauh dari mereka. Tidak mau percaya cerita begitu saja, aku yang memang punya sifat ingin tau, akhirnya suatu kali mengajak sahabatku ini untuk mengunjungi mereka (tepatnya Mbak Mul, karena lebih baik *konon katanya).
Sore jam setengah enam kami datang sambil kubawakan sembako menuju rumah tersebut, rupanya jam jam tersebut mereka ada di rumah, dan sedang duduk di halaman (maklum di dalam rumah gelap, belum dinyalakan lampu minyaknya).

Aku dikenalkan kepada mbak Yah dan Mbak Mul, benar saja MBak Yah orangnya nyinyir, dikali pertama saja sudah mengeluarkan berbagai kalimat tanya yang sinis, sedang adiknya lebih santun dan halus.
Mungkin merasa jengah dikarenakan kami asik ngobrol dengan adiknya, Mbak Yah masuk rumah dan ngobrol dengan suaminya di dalam, nada bicaranya cukup keras, sesekali dia cerita tentang para majikanya, dan sebagainya. Dinding yang terbuat dari bamboo tentuya tidak bisa meredam suara kerasnya, hal ini yang sering membuat Mbak Mul sakit hati ketika dia dengan sengaja membicarakan keluarganya serta mebanding bandingkan.

Dalam kepalaku sebenarnya tersimpan sejuta keheranan, mereka ini sama-sama susah, tapi kenapa juga masih saling hina satu sama lainnya. Andai saja mereka bisa saling berbagi pasti hidup yang susah yang sudah mereka jalani pasti lebih mudah dijalani, apalagi status mereka adalah kakak beradik. Ternyata sombong itu milik semua orang, dan tidak ada orang lain yang bisa menghalanginya, bahkan untuk keluarga sederhana tersebut.

Mbak Mul, sabar ya…….

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?