AKU VS LATAH

Sebelum menikah, mbakyuku bekerja sebagai akunting di suatu toko buku. Semasa itu aku sering mengantarnya berangkat dan menjempunya pulang kerja. Maklum pacarnya kerja di Jakarta waktu itu. Mbakyuku ini punya kebiasaan latah juga (walaupun tidak separah si Piter). Dalam keadaan kaget banget, kalimat yang sering keluar dari mulut manisnya adalah “E.. Jaran”. Aku juga tidak tau kenapa dia juga bisa latah, entah karena mengikuti trand yang saat itu latah, atau karena tertular latah dari simbok-nya, Allahualam

Kalimat paswordnya itu sering memancing ketawaku tatkala dia ucapkan, kembali lagi selalu membuatku bersemangat untuk me-latahinya dari waktu ke waktu. Lumayan dapat hiburan gratis..
Pagi jam 7.30 biasanya aku sudah stand by untuk berangkat kerja, tentu seperti yang kubilang sebelumnya, aku mengantarnya ke tempat kerjanya. Tempat kerja mbakyuku di seputaran Malioboro. Jam-jam segeto belum begitu ramai.

Perjalanan dari rumah menuju Toko-nya paling lama 20 menit, di setiap perjalanan sering kukerjain dia dengn meng-ngerem secara mendadak motor yang kupacu, dan hasilnya..
“E..jarannnn!!!”, pancingku, dan dia mengikuti latahnya… Sekali dua kali hal itu aku lakukan sambil kukatakan kalimat paswordnya tersebut, sebagai pancingan latahnya berulang-ulang, bisa kebayang kan sampai di kantor, pasti mbakyuku lapar lagi.

Mbakku yang kedua tidak mau ketinggalan, dia juga latah. Tapi yang ini latah versi muslim, dikarenakan yang keluar selalu kata-kata “E… Assalamu’alaikum..”, jadi bagi siapapun yang mendengar latahnya diwajibkan menjawab kelatahan itu. Bukankah menjawab salam itu hukumnya Wajib, tapi apakah berlaku untuk latah ya?
Pernah suatu ketika kami ke gedung bioskop, berhubung telat datang, walhsail kami masuk ruangan sudah dalam keadaan gelap. Dalam suasana seperti ini kami sudah siap mendengar kelatahanya, dan benar saja, kami masuk dengan terburu-buru, dan mbakku ini tidak sengaja menginjak kaki penonton yang sudah duduk, dan say “ e…Assalamu’alaikum….” Walhasil banyak penonton yang sudah duduk di dalam studi menjawab “Waalaikum salam mbak….”, dan gerrrrrrr…… Hedehhhhh, untungnya gelap, jadi bisa sedikit menyembunyikan rasa malu.

Jam kerjaku lebih cepat disbanding dengan mbakyuku yang kerja di Toko Buku tadi, sehingga pulang kantor biasanya aku mampir-mampir dulu, angkringan dekat kantorku biasanya langganan kutongkrongi, pokoknya habiskan waktu sambil menunggu jam kantornya selesai. Seperti sore itu aku habiskan waktu sebentar di warung angkringan, saking asiknya ngobrol dan menikmati jajanan, nyaris lupa bahwasanya kurang 5 menit lagi mbakyuku sudah keluar dari kantornya. Walhasil aku kelabakan dan tergesa-gesa, maklum mbakyuku suka ngamuk kalo jemputnya terlambat. Kubayar makananku, kuhabiskan minum dan bersiap memaju kendaraan. Kususuri jalan dengan terburu-buru, dan tiba-tiba konsentrasiku dikejutkan oleh seorang bapak sepuh yang berusaha menyeberang dengan sembrono, dengan sigap kuinjak pedal rem dan…..
“eee..jaran.. e..jaran!!!!!!!”, latahku dengan keras, lumayan menghibur bagi orang-orang yang melihat kejadian tersebut.
 Jangan lagi-lagi deh nglatahin orang kalo tidak ingin kena sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?