KASIHAN VS KEBAHAGIAAN

    Kakakku yang pertama bersuamikan seorang sales yang bergerak di bidang lampu penerangan, dia adalah sosok gila kerja. Untuk masalah kerja jangan ditanya betapa dia sangat luar biasa gila.... Namun kegilaanya ini berbuah sebuah rumah yang cukup baik, menyusul kemudian mampu menyewa sebuah toko. Tidak jauh dari kesibukan dan kerjaanya, toko inipun menyediakan peralatan listrik. Dari urusan kabel sampai dengan segala macam tetek dan bengek perlampuan. Intinya dunia lampu dan perlistrikan.
   Kakak ke-duaku lain lagi, dia suka berjualan pakaian, semasa gadis dia sudah sering melakoni pekerjaan ini, katanya pendapatannya lumayan. Itu menurut pendapat dia, tapi kalo menurutku sering makan ati, bukannya kenapa-kenapa, sering kali aku tau ada beberapa yang tidak bayar. Maklum kakak ke-duaku berjualan dengan sistem kredit. Dia melakoni usaha ini luar biasa telaten.
   Pada akhir Tahun 2011 yang lalu, aku memberikan ide untuk join dengan kakak pertama di kiosnya., namun dengan jualan yang berbeda pastinya. Berhubung aku kerja di Agen LPG, maka hal ini yang kuanjurkan padanya. Maka jadilah mereka jaga kios berbarengan.
   Dua orang kakakku ini memiliki sifat yang berbeda, kalo kakaku pertama lebih keras dan bisa mengerjakan pekerjaan pria sekalipun, berbeda dengan kakak ke-duaku yang perasa dan perempuan habis. Dia orang yang sensitif, tidak bisa dengar kata-kata kasar, bahkan dengan nada tinggi saja nyalinya bisa ciut. Untuk urusan kerjaan di kios mereka berbagi peran, sering kali ketika ada pesanan barang yang jauh kakak ke-duaku-lah yang menjaga kios, sedang kakak pertama mengantar pesanan di alamat yang telah ditentukan.
   Suatu siang kakak ke-dua menceritakan tentang rasa kasihanya kepada kakak pertama jika sedang mengantar barang pesanan ke alamat tertentu. Dengan sepeda motor matic-nya dia harus mengangkut barang barang yang luar biasa banyak, kadang-kadang sampai tumpukanya setinggi dosa, udah geto antarnya di tempat yang jauh, dan sebagainya...... Awalnya aku ikut terharu dan jatuh rasa iba kepada kakak pertamaku ini, hingga untunglah akal sehatku keluar, sehingga tidak terprofokasi dan mengurungkan keinginan untuk menghajar suami kakak pertamaku, dikarenakan tega menganiaya kakak pertama. Halah...
   Aku coba memberikan satu trik jitu pada kakak ke-dua begitu selesai mendengar adu-anya, aku suruh dia untuk melihat ekspresi dan apa yang akan dilakukan oleh kakak pertama nanti setelah sampai di kios lagi, dari perjalananya yang jauh, naik turun bukit terjal, panas, peluh bercucuran, airmata berderai-derai, penuh barang bawaan, dijalan yang rame, dan apa lagi ya tambahan yang bisa menambah lebih dramatis lagi hehehe. Kalo nanti sesampai di kios dia mengeluh dan terlihat murung, artinya dia patut dikasihani, tapi kalo sebaliknya berarti simpan saja rasa kasihanmu itu.
   Benar saja, 15 menit kemudian aku menerima pesan singkat bunyinya 
"Ya ampun... ternyata kakak pertama pulang dengan wajah yang ceria, dia bilang seneng karena bisa refreshing sampai daerah nun jauh disana, sudah gitu barangnya dibayar dengan cash, tidak dengan tempo, dan sebagainya, nadanya riang lho..."
   Nah kan, benar yang aku duga, ternyata belum tentu yang dikira kasihan itu benar-benar patut dikasihani, tergantung yang menjalani dan menyikapi. Mendapatkan masukan dariku ini, kakak ke-dua hanya bisa menjawab....
"Heheheh iya ya......"
Ealahhhh mbak.. mbak....




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?