BAWAAN OROK

Sudah menjadi gayaku bahwa dimana tempat pasti “rame”, ada teman yang menyebutku gila, ada yang bilang berisik, dan ada yang ekstrim menyebutku cerewet. Saat-saat tertentu seringkali aku ingin berubah menjadi diam, tidak banyak cerita, cool, dan kalem. Tapi ternyata susye….

Hal tersebut diperparah apabila bertemu dengan kawan yang hobby ngajak diskusi. Dari ngomong politik sampai agama ayukkk… Bicara music sampai ngomongin daster pembantu sebelah mariiiiii!! Pokoknya komplit plit plit. Gaya bicaraku yang blak-blakan membuat kebanyakan teman “nyaman” bercerita bahkan hanya sekedar ngomong yang tidak penting. Ada juga beberapa kawan yang menyebutku provokator, katanya aku seringkali memancing orang untuk melakukan hal-hal tertentu. Nah kalo sudah begini gimana donk?? Padahal swear aku tidak pernah bermaksud mem-provokatori seseoranmg untuk doing something, yang ada biasanya cuman ngomporin doank.. hahahaha sama saja ya!!??

Hal itu juga berlaku di keluarga besarku, banyak hal yang kakak-kakakku sering lakukan hanya karena ceritaku tentang suatu hal. Lama-lama bila dilanjutkan aku bisa memiliki sekte sendiri kayaknya.
Suatu hari aku ingin sekali menjadi sosok yang pendiam, aku rancang semalaman untuk esok hari berubah menjadi Awang yang pendiam, tidak banyak bicara, tidak ngobral cerita, dan bicara seperlunya. Kalo perlu hanya jawab ya dan tidak doank.

Rencana itupun aku lakukan, pagi hari ketika sampai di kantor aku hanya say hello dengan satpam dengan super standar, tanpa basa-basi atau tertawa cekakakan seperti biasanya. Sampai taraf itu cukup perhasil, meskipun Satpam-nya sempat dibuat bingung dengan “gaya” baruku ini.
Lanjut sampai di ruang kantorkupun aku berlakukan hal yang sama, tanpa banyak bicara.
Sumpah rasanya garing banget, hidup jadi berwarna abu-abu seperti koridor Rumah Saki Pemerintah.  Flat banget kayak TV LCD yang lagi diobral di took electronic sebelah… Pokoknya hampa…
Demi sebuah cita-cita yang mulia (…halahhh), aku tetap menjalankan missi tersebut. Beberapa teman mulai kasak-kusuk dan ada juga yang bertanya langsung padaku tentang “keajaibanku” hari tersebut. Apapun itu tidak menciutkan langkahku untuk mencoba menjadi pendiam. MERDEKA!!

Sukses diam di kantor, aku lakukan hal yang sama di Kampus.
Malam itu-pun aku berubah tidak banyak bicara, bahkan gurauan dan candaan teman-teman tidak kutimpali seperti biasanya, dan benar saja mereka berpikir ada apa-apa denganku, apapun itu aku tidak peduli. Kembali lagi demi sebuah cita-cita mulia (…halahh lagii….). Sukses kulakoni sosok pendiam malam tersebut.
Anehnya ketika pulang kuliah, di dalam perjalanan menuju rumah aku merasa bête luar biasa, rasanya bener-bener garing dan basi banget hidupku, tidak nyaman, gak enak, standar abis, tidak berwarna seperti biasanya. Dan sialnya perasaan tersebut  aku bawa sepanjang malam hingga menjelang tidur, aku mencoba melakukan kegiatan santai di rumah tak satupun berhasil membuatku gembira, walhasil beteeeeeee buangetttt banget banget.

Ternyata capeknya menjadi pendiam, rasanya aneh kalo tidak berisik, aneh kali tidak berbicara akan banyak hal, aneh kalo tidak guyonan dengan teman-teman, aneh  jika tidak melihat ekspresi ketawa teman ngakak mendengar candaanku, bahkan aneh kalo tidak jail dengan dosen sekalipun.
Untuk teman-temanku yang pendiam, aku salut dengan kalian bisa menjalani siksaan dan ujian hidup berat seperti itu, aku gak lagi-lagi deh ngikutin jalan kalian…...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filosofi Jawa Yu Beruk..

Basa Jawa Ndeso?